1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

190511 Biodiversität

7 Juni 2011

Akibat perubahan iklim banyak spesies tidak sempat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

https://p.dw.com/p/11VmZ
Gambal simbol perubahan iklimFoto: dpa - Bildfunk

Tanaman mulai berbunga lebih dini. Burung-burung yang meninggalkan Eropa Utara di musim dingin, sudah kembali lebih lebih dulu dari waktu biasanya. Perubahan iklim sudah bisa dilihat jelas di alam di berbagai bagian bumi. Zona iklim bergeser. Di bagian utara bumi, hewan yang memerlukan suhu dingin pindah ke daerah yang lebih utara lagi atau ke daerah yang lebih tinggi. Setiap spesies memberikan reaksi berbeda-beda atas perubahan iklim.

Nicholas MacGregor dari badan konsultasi dan perencanaan perlindungan alam Inggris, Natural England, menekankan, tidak ada spesies yang hidup terisolasi. Semua hidup bersama dalam kelompok, di mana sebagian menjadi makanan bagi yang lainnya. Itu dapat menjadi masalah, jika spesies-spesies itu memberikan reaksi berbeda terhadap perubahan iklim.

"Kadang daun-daun tumbuh lebih cepat. Serangga, yang memakan daun juga berkembang lebih cepat. Sedangkan burung-burung yang memakan serangga tidak tumbuh secepat itu dan tidak dapat bertelur lebih cepat. Perbedaan ini bisa berdampak pada keselamatan dan kelangsungan hidup sebuah spesies," dijelaskan Nicholas McGregor.

Jenis-jenis tertentu di masa depan tidak akan dapat ditemukan lagi di daerah tempat hidupnya selama ini. Misalnya burung jenjang di Jerman. Demikian dijelaskan Beate Jessel, kepala badan perlindungan alam Jerman.

Dan bukan spesies saja, perubahan iklim juga mengamcam seluru ekosistem. Jessel yang memimpin badan perlindungan alam Jerman, juga mengurus perubahan di Eropa. Ia jmenjelaskan terancamnya terumbu karang di daerah perairan tropis dan subtropis akibat peningkatan suhu bumi. "Terumbu karang sangat penting bagi fungsi ekosistem. Misalnya untuk mencegah gelombang pasang. Sebagai ekosistem yang terdiri dari banyak spesies, terumbu karang juga penting bagi perikanan dan jaminan bagi penyediaan makanan. Great Barrier Rief di Australia menunjukkan, itu juga penting bagi pariwisata."

Jessel menjelaskan lebih lanjut, sasaran yang ditetapkan politik iklim internasional untuk membatasi peningkatan suhu bumi sebanyak dua derajat Celcius dibanding dengan suhu di awal masa industrialisasi tidak akan dapat mencegah rusaknya terumbu karang.

Juga ekosistem lainnya yang terdiri dari banyak spesies, misalnya hutan atau sungai memberikan sumbangannya masing-masing. Yaitu menjaga agar siklus air tetap berlanjut, memberikan makanan dan sebagai tempat regenerasi. Dan itu juga membantu pengaturan iklim.

Baik di tingkat regional, nasional atau internasional, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim tidak dapat dipisahkan. Itu dikatakan Karin Zaunberger dari direksi lingkungan hidup dalam Komisi Eropa. "Tanpa bantuan ekosistem di darat dan laut, dampak perubahan iklim akan jauh lebih buruk. Saat ini ekosistem-ekosistem itu menyerap emisi CO2 yang diakibatkan manusia. Itu berarti, untuk menjaga stabilnya iklim, kita harus mengurangi emisi CO2 secara drastis. Selain itu, kita juga harus menjaga agar penyimpan CO2 yang alami di bumi tetap lestari."

Penyimpan CO2 terpenting adalah hutan-hutan, yang tahun 2011 ini, juga pada Hari Keanekaragaman Hayati 22 Mei lalu, mendapat perhatian utama masyarakat dunia. Di hutan-hutan hubungan kausal antara alam dan perubahan iklim sangat jelas. Demikian dijelaskan Karin Zaunberger.

"Jika iklim tidak mendukung lagi ekosistem tertentu, misalnya jika iklim terlalu kering bagi hutan tropis seperti Amazona, kita dapat tiba pada satu titik, di mana hutan tropis bukanlah hutan tropis lagi. Konsekuensinya bisa sangat dramatis bagi iklim dan siklus air. Ekosistem adalah bagian dari sistem iklim. Itu tidak hanya terdiri dari geosfer dan atmosfer. Biosfer juga termasuk di dalamnya. Itu sering dilupakan. Keanekaragaman hayati memang menjadi korbannya. Padahal itu juga jadi penyumbang besar bagi iklim dan bagian dari solusi," dijelaskan Karin Zaunberger.

Kenyataan ini belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat. Demikian dikatakan Beate Jessel, yang mengepalai badan perlindungan alam Jerman. Daerah rawa gambut atau hutan-hutan bakau, yang di negara-negara berkembang dan negara ambang industri semakin terancam kelestariannya, memiliki peranan penting dalam proses iklim.

Kaitan erat antara perlindungan keanekaragaman hayati dan iklim juga bukan hanya masalah pelestarian ekologi. Itu secara ekonomis juga bermanfaat. Kita ambil contoh daerah rawa yang kekeringan. Dalam keadaan aslinya, daerah rawa yang lembab dapat menyimpan CO2. Jadi upaya untuk mengembalikan rawa ke kondisi aslinya bukan hanya efektif, melainkan juga lebih murah daripada alternatif-alternatif lainnya yang menggunakan teknologi tinggi. Demikian ditekankan Jessel.

Irene Quaile/Marjory Linardi

Editor: Ayu Purwaningsih