1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dunia Menuju Energi Hijau

17 Juni 2013

Negara berkembang sedang menggeser investasi energi mereka ke sumber daya terbarukan, sementara negara industri maju bersikap ragu. Laporan PBB menyebut dunia tak terelakkan lagi sedang menuju energi hijau.

https://p.dw.com/p/18pOR
Foto: Allan Jay Quesada

“Biayanya turun drastis. Energi terbarukan mewakili 6,5 persen dari seluruh listrik yang dihasilkan dan mengurangi emisi karbon hingga 1 milyar ton pada 2012,“ kata Moslener, salah seorang penulis Global Trends in Renewable Energy Investment 2013, sebuah laporan yang disponsori oleh Program Lingkungan PBB (UNEP)

Negara berkembang menemukan bahwa memasang energi hijau akan jauh kurang mahal dibanding hanya mengandalkan bahan bakar fosil. Kata Moslener, negara-negara yang lebih miskin ingin mendapat keuntungan dari biaya energi yang stabil, lapangan pekerjaan baru, meningkatkan kualitas udara dan mengurangi kerusakan iklim dan kesehatan.

Sementara debat politik mengenai masa depan energi hijau mengasyikkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jerman, negara berkembang telah meraih energi yang lebih bersih. Langkah itu terefleksikan dengan tipisnya jurang investasi. Pada 2012, negara-negara berkembang menginvestasikan 112 milyar dollar untuk energi yang bersih, bandingkan dengan negara ekonomi maju yang menginvestasikan 132 milyar dollar.

Padahal tahun 2007, investasi negara maju adalah dua setengah kali lipat dibanding negara-negara berkembang.

Secara global, meski ada penurunan 12 persen nilai investasi, 2012 tetap ada lebih banyak energi terbarukan yang dipergunakan dibanding setahun sebelumnya. Alasan utama adalah turunnya harga energi matahari hingga 30 atau 40 persen.

“Di seluruh dunia, ada pergeseran menuju energi bersih,“ kata Michael Liebreich, kepala eksekutif Bloomberg New Energy Finance.

Komplikasi Politik

Para investor faham bahwa energi bersih tak lagi berbiaya lebih mahal dibanding energi fosil. Dengan demikian, ada banyak ketertarikan tentang potensi proyek berskala besar di banyak negara.

Namun demikian, investasi energi bersih pada 2013 seharusnya lebih tinggi jika pemerintah di Eropa dan Amerika Utara tidak secara tiba-tiba menarik diri dari kebijakan energi hijau.

“Tak ada industri yang diperlakukan seburuk sektor energi bersih, khususnya di Eropa," kata Liebreich.

Seringnya perubahan kebijakan yang kadang-kadang terjadi atas keseluruhan paket kebijakan di bidang energi terbarukan, menciptakan ketidakpastian pasar, kata dia, yang membuat para investor mundur, menunggu kejelasan dan situasi yang lebih stabil.

Perubahan itu didorong oleh polarisasi politik dan sebuah debat tanpa fakta tentang pilihan-pilihan energi masa depan, khususnya di Inggris, Australia dan Kanada. Negara-negara ini sedang berada lima tahun di belakang untuk bergeser ke energi yang bersih dan berbiaya murah, kata dia. Dunia kini mencatat sejumlah rekor baru dalam penggunaan energi terbarukan, yang bisa anda simak di halaman kedua artikel ini.

Pada 2012, Cina, Amerika, Jerman, Jepang dan Italia adalah lima negara teratas dalam investasi energi terbarukan. Secara global, instalasi sistem energi tenaga matahari mencapai rekor 30,5 gigawatts (GW), sementara pemasangan sistem tenaga angin mencapai 48,4 GW -- keduanya adalah rekor baru, menurut REN21 Renewables 2013 Global Status Report. Pada bagian sebelumnya, fakta menunjukkan bahwa negara berkembang lebih berani mengambil pilihan untuk memakai energi terbarukan.

Solarpark Japan
Foto: KAZUHIRO NOGI/AFP/GettyImages

Setelah kecelakaan nuklir Fukushima, Jepang kini sedang menggeser kebijakan energi yang sebelumnya tergantung pada nuklir dengan menginvestasikan secara besar-besaran pengembangan energi matahari , panas bumi dan tenaga angin.

Proyek-proyek Besar

Di Gujarat, negara bagian India, sebuah taman tenaga sel surya yang menghasilkan listrik 605 megawatt (MW), selesai dibangun pada April 2012, dan diharapkan bisa mengurangi sekitar 8 juta ton karbon dioksida per tahun. Sejumlah hampir 1 milyar dollar diumumkan bakal digelontorkan untuk pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga angin berkekuatan 396 MW di negara bagian Oaxaca, Meksiko.

”Semakin banyak dan banyak lagi negara-negara yang akan mengambil panggung energi terbarukan,“ kata Achim Steiner, direktur eksekutif UNEP. "Baru sepekan yang lalu, Mongolia yang menjadi tuan rumah pertemuan World Environment Day, mengundang saya untuk mengunjungi lokasi pembangkit listrik tenaga angin pertama mereka yang berkekuatan 50 MW.“

Mongolia punya rencana ambisius untuk memanfaatkan angin dan matahari untuk energi masa depan dan sekaligus menyuplai energi bersih ke Cina dan kawasan, kata Steiner.

”Seperti banyak bangsa-bangsa lain, mereka melihat logika dan alasan untuk merangkul jalan pembangunan yang hijau,“ tambah dia.

Industri yang Berkembang

Diperkirakan 5,7 juta orang di seluruh dunia bekerja langsung atau secara tak langsung dalam sektor energi terbarukan pada tahun 2012. Sebagian besar pekerjaan ini ada di Brasil, Cina, India, anggota-anggota Uni Eropa, dan Amerika, dengan jumlah pekerja yang juga meningkat di negara-negara lain.

Menjual, memasang dan memelihara panel kecil sel surya di tempat terpencil di Bangladesh sebagai contoh, mampu mempekerjakan 150 ribu orang secara langsung maupun tidak langsung.

Transisi dari energi fosil ke energi hijau meraih momentum bersamaan dengan semakin banyaknya negara, wilayah dan kota-kota yang menyadari bahwa pergeseran itu adalah pilihan terbaik bagi kepentingan ekonomi mereka, menawarkan keamanan energi, serta banyak manfaat lainnya.

Bahkan pembicaraan iklim PBB yang hingga kini masih terhenti tidak akan bisa melambatkan pergeseran ini, kata Steiner, dan sebuah perjanjian iklim global yang kuat pada 2015 akan bisa memicu peningkatan investasi.

ab/vlz (ips,dpa,afp)