1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Duch Diganjar Hukuman Lebih Berat

3 Februari 2012

Kaing Guek Eav alias Duch dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas pelanggaran kemanusiaan dan kejahatan perang di masa Khmer Merah.

https://p.dw.com/p/13wMp
In this photo released by the Extraordinary Chambers in the Courts of Cambodia, former Khmer Rouge S-21 prison commander Kaing Guek Eav, also known as Duch, sits in the courtroom for a session of U.N.-backed tribunal in Phnom Penh, Cambodia, as the court gives verdict on appeal filed by Duch against his conviction Friday, Feb. 3, 2012. Duch was sentenced last July to 35 years in prison for war crimes and crimes against humanity during the "killing fields" regime of the 1970s. (Foto:Extraordinary Chambers in the Courts of Cambodia, Nhet Sok Heng/AP/dapd) EDITORIAL USE ONLY
Kaing Guek Eav alias DuchFoto: dapd

Badan revisi Tribunal Kejahatan Perang Khmer Merah memperberat hukuman bagai salah satu penanggung jawab pembunuhan massal di masa kekuasaan Khmer Merah di Kamboja. Jumat ( 03/02) Kaing Guek Eav alias Duch dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. “Kejahatan yang dilakukan Kaing Guek Eav tidak diragukan merupakan catatan kejahatan terburuk dalam sejarah kemanusiaan. Ini patut dijatuhi hukuman tertinggi.” Demikian dikatakan ketua hakim Kong Srim.

Dengan mengenakan kaus putih dan jaket berwarna krem Kaing Guek Eak tampak mengikuti pembacaan vonis baru tersebut. Emosi pria berusia 69 tahun itu hanya terlihat saat ia mengerutkan bibir ketika vonis baru dibacakan.

In this photo released by the Extraordinary Chambers in the Courts of Cambodia, former Khmer Rouge S-21 prison commander Kaing Guek Eav, also known as Duch, center, arrives in the courtroom for a session of U.N.-backed tribunal in Phnom Penh, Cambodia, as the court gives verdict on appeal filed by Duch against his conviction Friday, Feb. 3, 2012. Duch was sentenced last July to 35 years in prison for war crimes and crimes against humanity during the "killing fields" regime of the 1970s. (Foto:Extraordinary Chambers in the Courts of Cambodia, Nhet Sok Heng/AP/dapd) EDITORIAL USE ONLY
Kaing Guek Eav saat ikuti vonis baru (03/02)Foto: dapd

Putusan Hukuman Sebelumny Picu Kemarahan

Vonis sebelumnya pada tahun 2010 adalah hukuman penjara 35 tahun. Kemudian dikurangi 19 tahun dengan mempertimbangkan waktu pemeriksaan tahanan dan kesalahan proses hukum sebelumnya. Keringanan hukuman bagi mantan pimpinan penjara Khmer Merah Tuol Sleng, yang terkenal dengan aksi penyiksaan dan pembunuhan dengan sedikitnya 12 ribu korban tewas, menimbulkan kemarahan di kalangan korban. Terhadap vonis yang dijatuhkan November 2010 itu selain pihak penuntut dan kejaksaan, terdakwa juga mengajukan banding.

Memang Kaing Guek Eav atau Duch pada proses pertama menunjukkan penyesalan dan mengakui sebagian kesalahannya. Namun sekaligus menyatakan bahwa ia hanya menjalankan perintah karena juga takut akan keselamatan dirinya. Pada hari terakhir proses pengadilan ahir November 2009 Duch bahkan meminta pembebasan hukuman. Ini membuat marah korban Khmer Merah yang masih hidup demikian juga organisasi para korban Khmer Merah.

Foltergefängnis Tuol Sleng in Kambodscha Rechte Die Bilder wurden von Frau Golte (HA Asien) in Kambodscha aufgenommen. Frau Golte tritt die Rechte an DW ab.
Penjaran Tuol Sleng di KambojaFoto: DW

Pol Pot Inginkan Negara Pertanian Komunis

Selain Duch, saat ini masih berlangsung proses pengadilan terhadap mantan wakil pemimpin Khmer Merah Nuon Chea, mantan kepala negara Khieu Samphan dan mantan Menteri Luar Negeri Ieng Sary serta dan istrinya mantan menteri sosial Ieng Thirit. 

Saat berlangsungnya  proses pengadilan terhadap tiga mantan pimpinan Khmer Merah November lalu, Lars Olson jurubicara pengadilan mengatakan

“Adalah penting dimana kehakiman bekerja secara independen. Kami sudah menekankan bahwa kami tidak menerima petunjuk dari siapapun, apakah itu dari pemerintah, PBB atau dari masyarakat sipil.

Sementara saudara nomor satu Pol Pot tidak dapat lagi diajukan ke pengadilan karena tokoh Khmer Merah itu sudah meninggal tahun 1989.

Pol Pot dan pengikutnya ingin membuat Kamboja sebuah negara pertanian komunis. Kelompok intelektual dan oposisi dibunuh secara sistematis. Kekuasaan mengerikan Khmer Merah antara  tahun 1975-1979 menyebabkan lebih dari 1,7 juta orang tewas.

Dyan Kostermans/DW/afp/epd/kna

Editor: Renata Permadi