1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dibayangi Kecurigaan dan Prasangka

16 November 2012

Keberhasilan ekonomi menempatkan China sebagai salah satu negara paling berpengaruh di muka bumi. Uni Eropa harus dan ingin meningkatkan dialog dengan pemimpin baru China, namun terdapat sejumlah rintangan.

https://p.dw.com/p/16k7l
A hostess walks past the euro sign at an exhibition about currencies in Beijing, China, Wednesday, Feb. 15, 2012. China's Central Bank Governor Zhou Xiaochuan said Beijing has confidence in the euro and will keep buying the debt of European governments. (Foto:Alexander F. Yuan/AP/dapd)
Gambar simbol mata uang Euro dan ChinaFoto: dapd

Bila tokoh Uni Eropa dan China tampil secara resmi, mereka selalu tersenyum lebar di depan kamera. Namun di belakang senyum tersimpan konflik yang belum juga tersingkirkan. Misalnya terkait perbedaan yang sangat besar dalam pengertian demokrasi dan penanganan isu hak asasi manusia.

Kini, di bawah pemimpin baru China, Xi Jingping, Eropa menunjukkan harapan baru untuk mempererat hubungan. Horst Löchel, pakar China dari Frankfurt School of Finance mengatakan bahwa Xi Jingping pada dasarnya menjalankan kebijakan politik yang lebih moderat ketimbang presiden saat ini, Hu Jintao.

Tetapi ini tidak berarti bahwa China akan langsung memasuki ekonomi pasar. Namun diperkirakan, kebijakan liberalisasi dan pembukaan diri setidaknya akan dilanjutkan.

Pada kenyataannya Eropa dan China saling bergantung, karena keduanya mengambil keuntungan dari kemitraan dagangnya yang erat. Eropa adalah mitra dagang China yang terpenting, sementara investasi China antara lain membantu membendung dampak krisis Euro.

Pemimpin delegasi UE di China, Markus Ederer melihat posisi UE sama tingginya dengan China: "Kita adalah pasar terbesar bagi produk China. Perusahaan-perusahaan UE adalah pemasok terbesar teknologi canggih di China. Dan China memiliki kepentingan sangat besar agar Euro bertahan."

Kepentingan terhadap Euro

Ederer selanjutnya menjelaskan, China berkepentingan terhadap Euro karena ingin mempersiapkan mata uangnya Yuan sebagai mata uang cadangan internasional. Bagi China ini jauh lebih mudah, bila tidak hanya ada satu mata uang yang penting, yaitu Dollar, demikian Ederer.

EU Botschafter in China Markus Ederer, PK in Peking. Copyright: EU Delegation in China 29.03.2011, Peking Bild von der Seite der EU Delegation in China runtergeladen mit ausdrücklichen Erlaubnis von Herrn Ederer an DW/Ralf Bosen.
Dubes UE di China, Markus EdererFoto: EU Delegation in China

Yang mengikat China pada Eropa serta sebaliknya, terutama adalah perdagangan. Hubungan bilateral ini mirip sebuah pernikahan berdasarkan logika yang dibayangi oleh pengacara perceraian.

Pasalnya, kecurigaan pihak barat meningkat sejak China secara sistematis berbelanja di berbagai negara Eropa. Dikhawatirkan bahwa China dapat menimbulkan ketergantungan negara-negara yang sedang mengalami krisis keuangan.

Misalnya, bagian tertentu dari pelabuhan kota Piraus, Yunani, kini dikuasai oleh perusahaan China. Pelabuhan ini termasuk transit yang tersibuk dalam lalu lintas kapal internasional dan sangat penting bagi ekspansi perekonomian China.

China yang bertambah kuat

Para pakar berasumsi bahwa pemimpin di China memiliki rencana yang sudah rampung bagi kebijakan politik Eropa yang harus diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan China.

BEIJING, Feb. 14, 2012 Chinese Premier Wen Jiabao (C), European Council President Herman Van Rompuy (L), and European Commission President Jose Manuel Barroso (R) meet with reporters after they attended the 14th China-EU summit at the Great Hall of the People in Beijing, capital of China, Feb. 14, 2012 pixel; picture alliance/ZUMA Press
KTT UE-China di Beijing (Feb. 2012)Foto: picture alliance/ZUMA Press

Seharusnya UE menandinginya dengan konsep strategis bagi China. Memang ada sebuah strategi untuk menghadapi negara adidaya Asia itu, kata Ronja Kempin dari Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik di Berlin. Namun strategi ini tidak disesuaikan dengan perkembangan pesat di China pada tahun-tahun terakhir ini.

Ia menambahkan, strategi Eropa bagi China bisa dilihat sebagai kadaluarsa. Pengamat kritis bahkan mengatakan, UE tidak mempunyai strategi untuk menghadapi China yang saat ini merupakan negara adidaya dalam sektor ekonomi yang booming. China sebagai kekuatan penting bagi geopolitik dan geostrategis.

UE hanya sebagain bertanggung jawab atas kelalaian ini. Di satu sisi, UE berupaya mewakili kebijakan luar negeri ke-27 negara anggotanya. Di sisi lain, setiap negara anggota UE mempunyai kepentingan tersendiri terhadap China, terutama yang terkait dengan kesepakatan ekonomi yang menguntungkan, kata Ronja Kempin, pakar kebijakan luar negeri UE.

Di sini negara-negara anggota tidak mengijinkan UE untuk menyuarakan kepentingan mereka. Dengan begitu negara anggota melemahkan posisi UE sebagai badan bersama yang tampil menghadapi China, tambahnya.

Harapan terhadap pemimpin baru di Beijing

Duta besar UE di China, Markus Ederer melihat hal ini tidak sebagai pelemahan. Tentu ini merupakan sebuah peraturan ekonomi bahwa negara Eropa menjalankan hubungan ekonomi luar negerinya sendiri. UE juga tidak memiliki perusahaan, karena itu sudah sewajarnya jika pemerintah berupaya untuk melakukan yang terbaik bagi perekonomian negerinya, lanjut Ederer.

China Vice-President Xi Jinping stands during a trade agreement ceremony between the China and Ireland at Dublin Castle in Dublin, in this February 19, 2012 file photograph. China's ruling Communist Party unveiled its new leadership line-up on November 15, 2012 to steer the world's second-largest economy for the next five years, with Vice President Xi Jinping taking over from outgoing President Hu Jintao as party chief. Xi was also named head of the party's Central Military Commission, state news agency Xinhua said. REUTERS/David Moir/Files (IRELAND - Tags: POLITICS BUSINESS HEADSHOT)
Xi JinpingFoto: Reuters

Tetapi UE-lah yang bertanggung jawab atas kemitraan perdagangan dan persyaratam bagi hubungan perdagangan. UE melihat dirinya berwenang dalam sektor perdagangan dan melakukan perundingan mengenai kesepakatan perdagangan, termasuk kesepakatan investasi dengan China yang akan dilakukan, ujar Ederer.

Di sini Ederer menyinggung masalah utamanya. Pasar-pasar Eropa secara meluas terbuka bagi investor asing, tetapi China menutup diri atau memaksa perusahaan barat di negerinya untuk memproduksi barang yang membawa dampak PHK di Eropa dan pelanggaran hak paten produk Eropa. Ederer kini berharap, pemimpin baru di Beijing akan mengubah sikapnya dan juga mengambil alih tanggung jawab politik global sesuai dengan kekuatan ekonominya saat ini.

Ralf Bosen/Christa Saloh-Foerster

Editor: Rizki Nugraha