1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Solidaritas Untuk Raif Badawi

25 Februari 2015

Blogger liberal Arab Saudi, Raif Badawi divonis hukuman dera 1000 kali, karena dituduh menghina Islam. Padahal aksinya membela kebebasan berekspresi. Tidak ada aksi protes massal untuk dia. Komentar Rainer Sollich.

https://p.dw.com/p/1ELhK
Demo gegen die Auspeitschung des Bloggers Raif Badawi in Den Haag
Foto: Beekman/AFP/Getty Images

Kanselir Jerman Angela Merkel berulangkali menegaskan, melindungi Islam dan umat Muslim dari segala praduga buruk yang dilontarkan secara pukul rata. Tapi Merkel juga menegaskan, kebebasan beragama dan toleransi di Jerman, tidak berarti bahwa syariah berada di atas konstitusi.

Di Arab Saudi pernyataan Merkel terkait syariah itu akan langsung diganjar hukuman. Contohnya adalah blogger Raif Badawi. yang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, 1000 kali dera dengan tongkat rotan dan membayar denda 1 juta Riyal. Tuduhan pengadilan di Arab Saudi, Badawi menghina Islam.

Tapi kini muncul pertanyaan, siapa yang sebetulnya menghina Islam? Realitanya, vonis tersebut yang justru menghina serta merusak citra Islam. Sebab, apa yang dilakukan Badawi, masih berada dalam koridor kebebasan berpendapat, yang tidak hanya dihormati di Eropa melainkan juga oleh banyak warga Muslim lainnya.

Badawi mempermasalahkan, tidak adanya garis pemisah jelas antara negara dan agama. Ia juga menimbang, bahwa Islam juga setara dengan Kristen dan Yahudi serta mengaku sebagai pendukung kebebasan.

Saat Badawi Jumat (9.1.) menjalani hukuman dera 50 kali yang pertama, media-media barat hanya menulis sepintas lalu. Semua mata memang sedang memandang ke Paris yang diserang teror dan membela kebebasan berekspresi. Semua menyatakan #Je Suis Charlie, tapi tidak ada yang mengorganisir protes massal untuk membela Badawi.

Deutsche Welle Rainer Sollich Arabische Redaktion
Rainer Sollich, Redaksi Arab DWFoto: DW/P. Henriksen

Memang ada yang mendukung Badawi, yakni segelintir pegiat hak asasi dan kolumnis berhaluan kiri. Tapi mayoritas intelektual dan aktivis lebih sibuk dengan kasus Charlie Hebdo dan karikatur Nabi Muhammad.

Padahal aksi protes publik amat diperlukan. Khususnya di barat. Pasalnya, Badawi yang membela kebebasan berekspresi, tidak disiksa oleh anggota sel teror militan melainkan oleh sebuah pengadilan resmi negara mitra barat. Sebuah negara mitra yang bukan hanya menerapkan hukum dera, tapi juga hukuman penggal kepala sebagai instrumen hukuman.

Menjadikan rezim semacam itu sebagai mitra yang setara dalam perang melawan terorisme internasional adakah sebuah sinisme yang tidak ada bandingannya. Barat keliru memilih mitra. Seharusnya, bukan dinasti korup yang layak mendapat dukungan barat, melainkan aktivis seperti Raif Badawi.