1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dengan Tenaga Surya Melewati Malam

Diana Hodali3 Januari 2014

Bagi banyak orang, akses listrik merupakan keseharian. Tinggal colok. Selesai. Situasinya berbeda di Afrika. Masih banyak warga tidak mempunyai akses listrik. Kios tenaga surya menjadi salah satu solusi.

https://p.dw.com/p/1AkOp
Foto: Georg Schaumberger

Sebuah desa kecil, berjarak beberapa jam perjalanan mobil dari ibukota Kenya, Nairobi. Hari sudah malam. Desa Ngoswani selalu gelap gulita. Maklum tidak ada akses listrik.

Namun desa berpenduduk 2.000 orang ini sekarang sudah punya alternatif. Pada malam hari, terlihat sebuah kios yang terang benderang. Dikerumuni warga dengan kesibukan masing-masing: ada yang menonton televisi, yang lain mengisi baterai ponsel dan sebagian lagi datang untuk mendinginkan makanan atau obat-obatan dengan kulkas yang tersedia di sana.

"Kios tenaga surya sudah menjadi pusat aktivitas sosial," kata Rachna Patel.

Kios tenaga surya di Ngoswani tak lama setelah didirikan. Kini kios sudah diperlebar oleh operator setempat
Kios tenaga surya di Ngoswani tak lama setelah didirikan. Kini kios sudah diperlebar oleh operator setempatFoto: Solarkiosk GmbH

Patel adalah partner lokal di Nairobi untuk Solarkiosk GmbH yang bermarkas di Berlin. Sebuah perusahaan yang mengembangkan kios energi otonom, yang menawarkan akses listrik bagi warga di desa-desa terpencil. Panel sel surya memasok listrik bagi kios dan rangkaian baterai yang dipasang - 24 jam sehari.

Energi surya dari supermarket

Patel bersama delapan pekerjanya di Kenya mengelola setiap kios tenaga surya yang telah didirikan. Ia juga keliling Kenya untuk mencari kota atau desa baru yang bisa dijadikan lokasi kios energi tersebut.

Solarkiosk memberikan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi, jelas manajer pemasaran Sasha Kolopic. "Wilayahnya harus tidak memiliki suplai listrik dan setidaknya ada 300 rumah tangga di lokasi tersebut", tambah Kolopic.

Kios tenaga surya di Olkiramatian dekat danau Magadi yang sudah terlihat diperbesar. Penambahan digunakan sebagai toko daging dan makanan
Kios tenaga surya di Olkiramatian dekat danau Magadi yang sudah terlihat diperbesar. Penambahan digunakan sebagai toko daging dan makananFoto: Solarkiosk GmbH

Kios didesain sedemikian rupa sehingga dapat dibawa dari Jerman kemanapun tanpa susah payah, walaupun tidak ada jalan beraspal. Mitra lokal semacam Patel dan timnya, memastikan pendirian kios berjalan dengan lancar di lokasi.

Warga tidak hanya dapat mengisi baterai ponsel atau memakai kulkas, tapi di sini juga membeli produk-produk seperti lampu surya dan panel surya. Tidak hanya itu, juga dijual kebutuhan sehari-hari seperti sabun dan beras.

Lampu surya sangat diminati karena membantu anak-anak belajar. Sebelumnya mereka menggunakan lampu kerosin yang mengeluarkan gas berbahaya.

Sesuai tatanan setempat

Partner lokal juga membantu Solarkiosk mencari operator kios. "Kami menghendaki, operator kios adalah seseorang yang dihormati di komunitasnya" jelas Sasha Kolopic. "Hanya seseorang seperti itu yang dapat menjelaskan kepada komunitas, bagaimana fungsi kios tenaga surya."

Selain itu, operator kios harus bisa baca tulis, memiliki kemampuan dasar berhitung dan bisa sedikit berbahasa Inggris.

Antara tiga hingga lima orang mengelola sebuah kios. "Setiap operator mengajak saudara atau teman untuk membantu. Kios-kios ini juga menciptakan pekerjaan," tutur Rachna Patel.

Rachna Patel (bercelana merah) merupakan pimpinan tim kios tenaga surya di Kenya
Rachna Patel (bercelana merah) merupakan pimpinan tim kios tenaga surya di KenyaFoto: Solarkiosk GmbH

Mendukung target pembangunan

Secara keseluruhan, sudah ada 5 kios yang beroperasi di Kenya. Di Ethiopia, sudah ada 7 kios. Target berikutnya, Botswana. Disebutkan, sudah ada mitra potensial di negara ini.

Total ada 800 juta warga di benua Afrika yang hidup tanpa akses listrik. Solarkiosk selalu berhubungan dengan perusahaan pemasok energi setempat. "Pemerintah dan perusahaan listrik mengetahui, tidak mudah untuk menghubungkan sebagian besar kawasan pedesaan ke jejaring listrik nasional," ucap Sasha Kolopic. Biayanya terlalu besar.

Akses listrik yang sudah eksis pun tarifnya tidak murah. Di Kenya, warga harus membayar 700 Euro untuk mendapatkan koneksi listrik ke rumah.

"Kalau kami mendirikan lebih banyak kios tenaga surya, kami turut membantu pemerintah negara-negara di Afrika dalam mencapai target pembangunan mereka, yakni menyediakan akses listrik sekaligus mengurangi emisi gas buang," ujar Rachna Patel.