1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Darurat Ebola di Monrovia

18 Agustus 2014

Belasan pasien Ebola melarikan diri dari sebuah pusat karantina di Liberia. Upaya pemerintah memerangi virus mematikan tersebut terbentur kecurigaan penduduk. Sebagian meyakini Ebola cuma kabar bohong.

https://p.dw.com/p/1CwD1
Ebola West Point Slum Infizierte verlassen Isolierstation
Pasien melarikan diri setelah sebuah pusat karantina diserang sekelompok pemuda di Monrovia, LiberiaFoto: John Moore/Getty Images

Tujuhbelas pasien Ebola di Liberia yang melarikan diri dari karantina hingga kini belum ditemukan. Minggu (17/8) pusat penampungan di Monrovia itu diserang oleh sekelompok pemuda. Insiden tersebut merupakan pukulan telak dalam upaya pemerintah Liberia memerangi penyebaran virus Ebola.

Sejauh ini Ebola telah menyebabkan 1.145 korban tewas sejak mewabah di Afrika Barat. Doktor dan relawan medis tidak cuma melawan virus, melainkan juga kecurigaan di masyarakat. Ebola sering diisukan sebagai penyakit buatan barat atau bahkan dianggap cuma kabar bohong.

"Mereka merusak pintu dan menjarah tempat ini. Semua pasien menghilang," kata Rebecca Weseh yang menyaksikan langsung serangan ke pusat karantina Ebola di kawasan kumuh Monrovia, West Point. Pelaku yang kebanyakan remaja itu bersenjatakan pentungan dan meneriakkan "tidak ada Ebola!" sembari menghujat Presiden Ellen Johnson.

Seorang pejabat Kementrian Kesehatan yang enggan disebutkan namanya mengatakan, para pemuda mengambil obat-obatan, ranjang dan tempat tidur dari gedung sekolah yang dijadikan pusat karantina. Tempat-tempat semacam itu adalah upaya terakhir pemerintah Liberia buat mencegah penyebaran virus.

Kecurigaan Penduduk

Kepala Asosiasi Pekerja Kesehatan, George Williams mengatakan pusat penampungan di West Point menampung 29 pasien yang "semuanya positif mengidap Ebola" dan sedang menjalani pengobatan sebelum dibwa ke rumah sakit.

"Dari 29 pasien, 17 di antaranya melarikan diri. Sembilan meningal dunia empat hari lalu dan tiga lainnya diambil paksa oleh anggota keluarga," ujarnya. Ebola menyebar lewat cairan tubuh pengidapnya, seperti keringat atau darah. Sejauh ini dunia medis belum menemukan vaksin atau obat yang bisa menyembuhkan pasien.

Ebola menyebabkan nyeri otot, muntah-muntah, diare dan pendarahan menyusul kegagalan organ tubuh pada pasien.

Serangan diduga antara lain disebabkan kemarahan penduduk atas pemerintah. Sebagian besar warga di West Point tidak menyetujui pembentukan pusat karantina. "Kami katakan kepada mereka jangan bangun kamp-nya di sini. Tapi mereka tidak mendengar," kata seorang pemuda yang tinggal di sekitar lokasi. "Urusan Ebola ini, kami tidak mempercayainya."

rzn/ap (afp,ap)