1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Crisis Mapping Tools

Daniela Corinna Späth14 Desember 2013

Jalan rusak atau rumah runtuh. Saat bencana ada platform seperti Ushahidi yang mengumpulkan informasi dari jejaring sosial. Kini ada software yang membantu dalam pensortiran ribuan tweets dan posting.

https://p.dw.com/p/1AZ6U
Philippinen nach Taifun Haiyan
Foto: Reuters

Ushahidi adalah semacam platform yang tidak hanya mengumpulkan informasi dari media klasik, melainkan juga dari E-Mail, Twitter, Facebook dan SMS. Informasi tentang gedung yang runtuh, jalanan yang rusak, atau lokasi pembagian makanan, bisa ditampilkan secara jelas dalam peta.

Relawan membantu pensortiran data yang diperoleh. Mereka menentukan koordinat GPS lokasi, menemukannya di peta, dan memastikan peta selalu dalam kondisi aktual. Tanpa para "Digital Humanitarian", relawan di seluruh dunia, tidak akan mungkin untuk bisa bekerja secara optimal. Demikian ujar Patrick Meier dari Qatar Computing Research Institute (QCRI) yang mencari informasi mana yang terpenting dari Ushahidi untuk dipublikasikan.

Macam-macam Platform

Masalahnya, tidak semua mempercayai Crisis-Mapping-Tools seperti Ushahdi. "Hanya karena seseorang beberapa kali minta pertolongan, tidak berarti tidak ada orang lain yang lebih membutuhkan bantuan," ujar Christian Hörl, wakil pimpinan kerjasama internasional Palang Merah Jerman (DRK).

Selain Ushahidi, masih banyak platform yang memberikan layanan serupa. Organisasi Dokter Lintas Batas misalnya, bekerja di Filipina dengan menggunakan peta Humanitarian OpenStreetMap Teams (HOT). Google juga memiliki peta sendiri (Google Crisis Mapping), peta lain disuplai organisasi Crisis Mappers. Pegawai dinas koordinasi kemanusiaan PBB (OCHA) bertugas menggabungkan informasi dari banyak peta tersebut.

Flash-Galerie Die Macht der digitalen Bilder
Platform UshahidiFoto: ushahidi.com

Data bisa dipercaya atau tidak?

Serangkaian Tools membantu relawan dalam bekerja. Seperti misalnya MicroMappers dan banyak program kecil lainnya mampu menganalisa materi multimedia. Lagipula MicroMappers adalah spesialis dalam mengenali Tweet berdasarkan relevansinya. Sehingga bagian Tweet yang harus dianalisa secara manual berkurang 80 persen.

Tetapi tidak hanya ukuran data yang besar yang menyulitkan para pengolah data. Mereka juga tetap mempertanyakan sejauh apa data itu bisa dipercaya. Meier dan timnya dari Qatar Computing Research Institute (QCRI) kini bekerja sama dengan Indraprastha Institute of Information Technology di New Delhi untuk mencari solusi Open Source. Yakni, dalam bentuk plugin "tingkat kepercayaan" bagi Twitter yang secara otomatis menilai kebenaran pesan dan langsung menyortirnya.