1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

CO2 Capai Rekor Puncak

Irene Quaile12 Maret 2013

Kenaikan suhu global dua derajat Celcius dipatok sebagai angka tertinggi untuk mencegah ancaman perubahan iklim. Namun hasil pengukuran CO2 terbaru di Hawaii semakin menjauhkan target itu.

https://p.dw.com/p/17vcw
Simulasi komputer penelitian iklimFoto: picture-alliance/dpa

Beban cemaran C02 di atsmosfer bumi meningkat secara dramatis pada tahun lalu. Demikian hasil pengukuran terbaru yang dilakukan pakar iklim Amerika.

Lembaga cuaca dan kelautan AS NOAA menyimpulkan, konsentrasi molekul CO2 per sejuta partikel udara atau ppm, naik 2,67 ppm menjadi 395 ppm. Ini merupakan kenaikan tertinggi kedua sejak awal pendataan tahun 1959. Sampelnya diambil dari Mauna Loa, stasiun pengukuran di Hawaii.

Hasil pengukuran itu mengkhawatirkan para ilmuwan. Kandungan CO2 di atmosfer dianggap sebagai indikator kunci bagi perkembangan iklim global. Ilmuwan memperhitungkan bahwa angka 440 ppm tidak boleh terlampaui, bila umat manusia ingin memiliki peluang hanya sebesar 80 persen saja, untuk mengerem kenaikan suhu pada kisaran dua derajat Celsius.

Pieter Tans, pemimpin tim pendataan emisi gas rumah kaca NOAA mengungkapkan kepada KB Asociated Press bahwa peluang untuk membatasi kenaikan suhu pada kisaran dua derajat, menghilang dengan cepat.

globale erwärmung © Surrender #3391022
Peningkatan suhu menyebabkan kekeringanFoto: fotolia/Surrender

Peningkatan CO2 berarti pemanasan Iklim

Peneliti iklim berasumsi ada kaitan langsung antara jumlah emisi CO2 di atmosfer dengan suhu bumi. CO2 menyimpan panas. Karena itu atmosfir tidak dapat lagi memantulkan panas ke ruang angkasa. Ini yang dinamakan efek rumah kaca. Karena itulah bumi memanas sekitar 0, 8 derajat sejak abad ke-19. Demikian menurut Dewan Iklim PBB.

Bagi ilmuwan NOAA, peningkatan konsentrasi CO2 sangat jelas disebabkan aktivitas manusia, terutama melalui pembakaran energi fosil. Pembakaran batu bara di dunia pada tahun 2012 mencapai rekor sangat tinggi.

Pengukuran akurat konsentrasi CO2 pertama di atmosfer dilakukan di Mauna Loa, Hawaii tahun 1958. Dulu konsentrasinya sekitar 319 ppm. Sejak itu, setiap minggu para ilmuwan dan relawan mengumpulkan sampel udara di lebih dari 60 lokasi di seluruh dunia dan mengirimkannya ke laboratorium NOAA di Colorado, AS. Selain itu enam observatorium mengukur kandungan CO2 setiap hari.

Pertanda dari masa lalu

Kandungan CO2 bervariasi tergantung musim dengan siklus pertumbuhan tanaman. Bila daun-daun sedang tumbuh, tanaman mengikat lebih banyak CO2. Tetapi meskipun demikian, hasil pengukuran menunjukkan tren peningkatan konsentrasi.

National Science Foundation Antarktisbilder
National Science Foundation AntarktikaFoto: National Science Foundation/Curtis Harry

Menurut NOAA, awal 60-an konsentrasi CO2 naik sekitar 0,7 ppm per tahun. Pada sepuluh tahun terakhir peningkatannya sudah mencapai 2 ppm setiap tahunnya.

Para peneliti merekonstruksi konsentrasi gas rumah kaca dari 800.000 tahun terakhir berdasarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap dalam inti es di Antarktika. Menurut pendataan ini, konsentrasi sebelum revolusi industri tidak pernah melewati 300 ppm. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam majalah sains baru-baru ini menegaskan bahwa suhu global saat ini lebih tinggi ketimbang suhu rata-rata pada 4.000 tahun terakhir.

Untuk membatasi kenaikan suhu global maksimal pada dua derajat Celsius seperti yang disepakati masyarakat internasional, konsentrasi CO2 paling tinggi hanya boleh mencapai 445 ppm. Jika ambang batas ini dilewati, perubahan esensial tidak dapat dihindarkan lagi.

Misalnya, perubahan yang dapat memicu pencairan wilayah es abadi atau permafrost di Sibiria, Alaska dan Kanada Utara. Di wilayah itu, gas metana yang merupakan gas rumah kaca yang agresif dapat terlepas ke atmosfir dan mempengaruhi iklim secara negatif. Lapisan es anbadi di Greenland akan mencair lebih cepat dan akan menyebabkan percepatan peningkatan permukaan laut.