1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina dan 120 Tahun Kamerad Mao

Ying Yang23 Desember 2013

Cina memperingati 120 tahun kelahiran Mao Zedong, bapak revolusi yang buat sebagian laksana malaikat kematian. Kultus Individu yang mengitarinya hingga kini menjadi pondasi kekuasaan Partai Komunis Cina.

https://p.dw.com/p/1AfHc
Mao Zedong 1957
Foto: Getty Images

Sejatinya Presiden Xi Jinping sudah mewanti-wanti agar warganya merayakan ulang tahun ke-120 Mao Zedong dengan cara bersahaja. Tapi peringatan tersebut menguap tanpa jejak di desa kelahiran Mao, Shaoshan. Pemerintah setempat menyiapkan dana sekitar 33 triliyun rupiah untuk merayakan sang pemimpin besar.

Dana itu akan digunakan untuk merenovasi pusat wisata, pembangunan jalan tol dan stasiun kereta, serta memugar rumah orangtua Mao. Kampung halaman Mao di provinsi Hunan itu terkesan kuat ingin mengambil keuntungan terbesar dari pemujaan terhadap Mao.

Kultus individu bukan barang langka di Cina. Potret Mao dijual sebagai talisman pembawa keberuntungan atau dicetak sebagai kalender dinding. Plakat kuno dari masa revolusi budaya dijual sebagai barang antik dengan harga selangit. Pasar sutera yang tersohor di Beijing menawarkan "Kitab Mao" buat wisatawan, baik yang orisinil maupun cetakan ulang.

Siapapun yang berwisata ke negeri tirai bambu itu mustahil melawatkan sang pemimpin revolusi.

Wajahnya tercetak di atas uang kertas Yuan. Sebuah potret raksasa tergantung di Lapangan Tiananmen di Beijing. Di sana pula ia disemayamkan, di dalam sebuah peti kaca seperti pemimpin-pemimpin komunis pada umumnya.

Dalam sebuah lawakan populer di Cina diceritakan, Mao suatu hari terbangun dari peti matinya. Wajahnya khawatir, lalu ia bertanya, "apa yang dilakukan rakyat Cina saat ini?" Seorang penjaga menjawab, "kami sibuk berperang melawan tuan tanah, yang mulia" Mao kemudian tertidur kembali dalam tenang. Lelucon itu merujuk pada permainan komputer berjudul "Perang melawan Tuan Tanah" yang sangat digemari oleh remaja Tiongkok.

China Mao Geburtshaus
Rumah kelahiran Mao ZedongFoto: picture-alliance/dpa

"70 persen baik, 30 persen buruk"

Secara historis, perang melawan tuan tanah adalah motor utama gerakan komunis Cina dengan Mao sebagai komandan utama. Di samping kemiskinan yang menghimpit dan pembebasan petani dari struktur feodal, "eksekusi massal di depan publik selama periode reformasi agraria termasuk babak paling gelap," dalam sejarah Partai Komunis Cina, tulis Oskar Weggel dalam bukunya soal Sejarah Cina di Abad ke-20.

Masa kegelapan tidak berhenti sampai reformasi agraria belaka. Mao kemudian menggulirkan kampanye yang menelan jutaan nyawa warga Cina. Ambisinya membawa negeri tirai bambu itu dalam sebuah "lompatan besar ke depan" untuk menjelma menjadi negara industri berujung pada bencana kelaparan buatan manusia terbesar sepanjang sejarah. Tidak kurang dari 30 juta orang kehilangan nyawa.

1966 Mao menjalankaan Revolusi Budaya buat meringkus perlawanan yang tumbuh dari dalam tubuh partai. Dampaknya adalah kekacauan selama beberapa dekade dengan ribuan korban jiwa.

Kendati begitu kesetiaan pemimpin Cina terhadap warisan Mao tidak mengenal batas. Deng Xiaoping pernah menuliskan, tindak tanduk Mao "70 persennya baik dan cuma 30 persen yang buruk." Hingga kini ajaran Mao masih mencengkram panggung politik di Beijing.

China Shenzhen Statue Mao Zedong
Patung Mao Zedong di ShenzenFoto: imago/China Foto Press

Xi Jinping dan kebangkitan Mao

Generasi pemimpin PKC sejauh ini tidak menunjukkan kecendrungan untuk mengubah status quo, "penilaian ulang sejarah Mao akan menggoyang legitimasi partai dan kekuasaannya sendiri," kata sejarahwan Cina, Zhang Lifan kepada dpa.

Pengamat politik sebaliknya mengenali gejala baru kultus individu terhadap Mao. "Pemimpin politik ingin mengamankan dukungan sayap kiri masyarakat," kata seorang pengamat Cina, Sebastian Heilmann. "Causa Mao adalah soal keadilan sosial dan pendukungnya adalah kekuatan besar yang mustahil diabaikan oleh pemimpin Cina," katanya.

Patut diragukan, keadilan sosial berperan dalam pesta peringatan kelahiran Mao yang saat inipun sudah menyedot dana trilyunan Rupiah. Belum lama ini seorang seniman Cina menampilkan karyanya, sebuah patung Mao yang disepuh emas dan ditaburi batu-batuan mewah.