1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

170611 China Innere Mongolei

17 Juni 2011

Mongolia Dalam kaya akan sumber daya dan menarik investor Cina. Dampaknya lingkungan rusak dan standar hidup warga minoritas Mongolia hancur. Kini pemerintah Cina akan menginvestasi pembangunan di Mongolia Dalam.

https://p.dw.com/p/11dIA
Kawasan Mongolia Dalam kaya akan elemen langka

Totalnya sekitar 300 juta Euro yang akan dikucurkan untuk pembangunan di Mongolia Dalam sampai tahun 2015. Demikian rencana pemerintah di Beijing. Media nasional Cina Kamis (16/06) melaporkan dana itu ditujukan untuk meningkatkan standar hidup penduduk lokal, perlindungan iklim dan stabilitas regional di kawasan itu.

Ketua perhimpunan hak asasi manusia Mongolia Xi Haiming memang memandang baik rencana pemerintah tersebut. Namun ia masih meragukan pelaksanaaan dan kredibilitas pemerintah Cina. "Seluruh jajaran pimpinan politik Cina korup. Dana yang mereka janjikan bagi para nomaden pada dasarnya berasal dari jasa para nomaden juga. Mereka mengeksploitasi sumber daya alamnya. Yang tersisa bagi warga Mongolia Dalam hanya tinggal lingkungan yang hancur."

Mongolia Dalam adalah kawasan otonomi Cina dan kaya akan sumber daya alam. Para pakar memperkirakan cadangan batu bara mencapai lebih dari 740 milyar ton, jauh lebih besar dari provinsi lainnya di Cina. Selain itu ada cadangan gas bumi dan elemen langka yang penting bagi industri elektronik. Perusahaan Cina menginvestasi milyaran untuk menambang kekayaan alam ini.

Dampaknya bagi lingkungan dan penduduk setempat amat dramatis. Pertambangan dan industri memerlukan air, yang langka di kawasan itu. Lebih dari separuh dataran di Mongolia Dalam kini menjadi tandus. Setiap tahun menurut laporan media Cina lebih dari 800 ribu hektar padang rumput musnah. Banyak penduduk asli Mongolia hidup sebagai nomaden dengan ternak piaraannya di padang-padang rumput. Padahal undang-undang Cina sebetulnya ditujukan untuk melindungi kelompok minoritas Mongolia, dijelaskan Xi Haiming: "Di Cina ada undang-undang untuk melindungi kawasan stepa juga undang-undang untuk mengatur kawasan otonomi kelompok minoritas etnis. Kedua undang-undang ini hanya tercantum di atas kertas. Jika pemerintah ingin menyelesaikan masalah Mongolia Dalam secara mendasar, mereka mula-mula harus menaati undang-undang tersebut."

Menurut rencana pembangunan pemerintah Cina, sampai tahun 2015 sekitar seperlima kawasan Mongolia Dalam harus kembali ditutupi hutan, lebih dari 40 persen kawasan akan menjadi padang rumput. Sampai tahun 2020 pendapatan rata-rata Mongolia Dalam harus setara dengan pendapatan rata-rata Cina. Menurut data statistik pemerintah saat ini sekitar 1,5 juta penduduk Mongolia Dalam hidup di bawah batas kemiskinan.

Sampai tahun 2013 petani dan gembala diharapkan memperoleh akses tidak terbatas untuk air bersih dan listrik. Chen Jiqun pendiri LSM “Echoing Steppe” yang berjuang melindungi kawasan ladang gembala, menyambut rencana ambisius pemerintah Cina. Dikatakannya, penting memperhatikan masalah yang terjadi di Mongolia Dalam karena reaksi para gembala sangat keras. Jika investasi-investasi ini pada akhirnya tidak sampai ke tangan gembala setempat, masalahnya akan makin besar.

Mongolia Dalam adalah kawasan rawan konflik. Percikan konflik kecil saja dapat menimbulkan eskalasi. Contohnya Mei lalu ketika pengemudi truk batu bara Cina tampaknya sengaja menabrak gembala Mongolia yang melakukan protes atas penghancuran ladang rumput di kawasan tersebut. Kematian gembala itu menyulut protes kemarahan kelompok minoritas Mongolia.

Christoph Ricking/Dyan Kostermans

Editor: Marjory Linardy