1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jobbörse für Muslime

14 November 2011

Di Jerman tak seorangpun boleh dirugikan karena agamanya, sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang. Namun banyak kasus menunjukkan, perempuan muslim yang berkerudung sulit mencari pekerjaan.

https://p.dw.com/p/13AIA
Gambar simbol muslimah berkerudung di JermanFoto: AP

Mereka fasih berbahasa Jerman, berkualifikasi, namun seringkali tak punya pekerjaan. Perempuan muslim di Jerman merasa dirugikan dalam hal mencari pekerjaan. Apa yang dialami Gül Duman, perempuan keturunan Turki, mewakili banyak kasus lainnya.

Ditolak karena Keyakinannya

Duman lahir dan besar di Köln. Lulus dari sekolah tinggi, ia mengikuti dan menyelesaikan dengan baik pendidikan khusus untuk menjadi guru TK. Perempuan berusia 35 tahun itu lantas mengirim surat lamaran, tak terhitung jumlahnya, namun tak ada hasil. Hingga suatu ketika datang surat panggilan untuk wawancara.

Muslima am Arbeitsplatz
Seorang perempuan muslim melihat lowongan kerja di internetFoto: DW

Harapan memenuhi hati Gül Duman, apalagi wawancara berjalan lancar. "Tapi pada akhir wawancara datang pertanyaan, "Apakah Anda siap melepas kerudung pada saat bekerja?" Saya menolak, wawancara berakhir dan berkas-berkas lamaran dikembalikan kepada saya."

Pengalaman seperti itu banyak diketahui Wiltrud Meyer. Ia adalah guru di sebuah lembaga pendidikan lanjutan untuk perempuan muslim di Köln. "Ada kisah yang dialami seorang perempuan muda yang sudah 6 bulan bekerja di sebuah supermarket. Kinerjanya baik, tetapi jenis pekerjaan yang ia lakoni termasuk yang bergaji rendah. Atasannya menawarkan pekerjaan tetap, dengan gaji lebih tinggi, tetapi syaratnya ia harus melepas kerudung saat bekerja."

Membuka Kesempatan

Pada sektor pekerjaan bergaji rendah, pemakaian kerudung hampir tak menjadi halangan. Masalah muncul bila menyangkut pekerjaan yang lebih tinggi. Kesulitan sudah dimulai dari fase melamar kerja. Pas foto memperkecil peluang perempuan berkerudung untuk mendapat pekerjaan, terutama yang berhubungan dengan kontak dengan pelanggan.

Alasan inilah yang mendorong Imen Jemili dan Ramzi Brini, keduanya dari lingkungan akademisi, untuk menciptakan bursa kerja untuk muslim di internet, tahun 2010.

Screenshot der Webseite muslimjobs.de
Screenshot situs muslimjobs.deFoto: muslimjobs.de

Setelah lulus kuliah, Ramzi Brini bekerja sebagai ahli komputer di sebuah bank besar di Jerman. Pekerjaan yang menjanjikan gaji besar. Namun, tugas mengembangkan piranti lunak untuk bunga uang, ia rasakan tak sesuai dengan keyakinan agamanya. Ramzi Brini memilih untuk memprogram sebuah bursa mencari kerja bagi muslim di internet. Uang bukan alasan utama pendirian portal yang tujuan utamanya menolong, kata ahli komputer itu.

Dalam portal tersebut, muslim dapat memasang iklan mencari pekerjaan atau mencari perusahaan yang misalnya mempekerjakan pegawai berkerudung. Imen Jemili menuturkan, "Situs internet ini juga tidak membatasi kelompok agama lainnya atau kelompok manusia lain, sama sekali tidak. Memang gagasan utamanya untuk membantu muslim. Karena banyak kesulitan bagi muslim, yang lulus dari universitas dan bertahun-tahun tidak menemukan pekerjaan, hanya karena mereka ingin menjalankan ajaran agama."

Misalnya mengenakan kerudung, juga saat bekerja, dan menunaikan kewajiban sholat. Tidak semua atasan mau mengerti bila pegawainya sejenak meninggalkan pekerjaan untuk menjalankan sholat.

Reaksi terhadap Perlakuan Diskriminasi

John Mukiibi
John MukiibiFoto: DW

Portal bagi muslim untuk mencari pekerjaan adalah reaksi terhadap perlakuan tidak adil, demikian penilaian John Mukibi dari "Masyarakat Anti Kekerasan“, sebuah lembaga anti-diskriminasi di Köln. "Pengalaman menunjukkan, nama yang terdengar asing atau pemakaian kerudung dapat mengakibatkan seseorang gagal mendapat pekerjaan. Banyak penelitian menunjukkan, muslim sangat dirugikan di pasar kerja. Karena itu saya menilai pendirian bursa kerja untuk muslim di internet sebagai sebuah reaksi terhadap fakta bahwa di pasar kerja biasa peluangnya lebih kecil dan ada diskriminasi. Maka orang berupaya, dengan sumber daya dan jaringan sendiri, untuk menciptakan peluang mendapat pekerjaan."

Posting di Facebook atau komentar dari blogger menegaskan, banyak muslimah berkerudung menyambut hadirnya "muslimjobs.de", nama portal tersebut. Meski demikian, ada juga suara kritis. Gül Duman, yang kini mendapat pekerjaan sebagai guru, juga tanpa bantuan portal tersebut, menguatirkan tendensi pembatasan yang makin jelas. Harapan Duman adalah diterima apa adanya oleh seluruh anggota masyarakat.

"Portal mencari kerja hanya untuk muslim? Tidak perlu seperti itu. Harapan saya adalah bekerjasama. Dan kerjasama itu penting agar kita semua dapat membuka diri. Bersama-sama ada untuk orang lain, menurut saya itu yang paling penting," papar Gül Duman.

Ulrike Hummel/Renata Permadi Editor: Hendra Pasuhuk