1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

190511 Türkei Wirtschaftsboom

Dyan Andriana Kostermans23 Mei 2011

Di saat Uni Eropa terpuruk dalam krisis hutang, ekonomi Turki mengalami booming. Booming ekonomi ini juga mengundang perusahaan-perusahaan Jerman

https://p.dw.com/p/11MD9
Bertambahnya gedung pencakar langit di Istanbul seiring pertumbuhan ekonomi TurkiFoto: picture alliance / dpa

Gedung-gedung pencakar langit berdinding kaca tampak menjulang di Maslak dan Levent, kawasan bisnis di kota metropolitan Istanbul. Plang-plang iklan besar terpampang di depan proyek-proyek bangunan dengan tulisan: Di sini berdiri kantor-kantor baru perusahaan dan perbankan. Menurut keterangan badan statistik Turki TurkStat, perekonomian Turki tahun lalu tumbuh sekitar 8,9 persen. Dengan demikian dalam pertumbuhan ekonomi Eropa, Turki menempati posisi teratas dan di kalangan kelompok G-20 hanya Cina yang mengungguli tingkat pertumbuhan ekonomi Turki.

Negara-negara ambang industri seperti Turki mengalami pertumbuhan ekonomi lebih pesat dibanding negara-negara industri. Tapi betapa cepatnya perekonomian Turki pulih dari krisis keuangan global tahun 2009 sungguh mencengangkan. Kata Zümrüt Imamoglu dari Pusat Penelitian Ekonomi Betam di Universitas Bahcesehir Istanbul

"Pemerintah memberi keringanan pajak bagi konsumen untuk banyak produk konsumsi, terutama untuk mobil dan alat-alat elektronik seperti kulkas, backoven atau komputer. Dalam bulan-bulan itu konsumsi meningkat dan ekonomi tertolong."

Sebelumnya tahun 2001, Turki sudah harus mengatasi krisis keuangannya sendiri. Pemerintahan baru di bawah pimpinan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dan partainya AKP harus menata kembali sektor perekonomian, mengurangi hutang negara dan menerapkan perekonomian yang lebih berorientasi ekspor.

"Justru modernisasi ini, yakni meningkatnya kemampuan kompetisi perekonomian Turki yang kini tidak hanya mengandalkan pada sektor-sektor tekstil dan produk garmen atau buah-buahan seperti dulu, tapi juga industri otomotif, kimia dan mesin, besi dan baja, telah meletakkan landasan kuat, dimana setelah krisis ekonomi global 2008/2009 orang dapat kembali menapak dengan baik."

Demikian Marcus Knupp, perwakilan Turki dari Germany Trade and Invest (GTAI) yakni perhimpunan nasional Jerman untuk mendorong perekonomian luar negeri. Peningkatan ekonomi di Turki dipicu oleh struktur masyarakat muda yang relatif siap mengkonsumsi. Dari sekitar 75 juta penduduk Turki, kira-kira separuhnya berusia kurang dari 30 tahun. Dan mereka memiliki kemampuan daya beli lebih besar. Menurut data statistik pendapatan per kapita di Turki sekarang hampir empat kali lipat dibanding 8 tahun lalu.

Pasar dalam negeri yang kuat dan stabilitas politik mengundang semakin banyak investor luar negeri ke Turki.

"Jika Anda melihat di sekitar sini, maka Anda tidak hanya semakin banyak melihat merk-merk terkenal Jerman, tapi juga kantor konsultan, pengacara dan lain-lain. Selain itu masih ada banyak perusahaan kecil dan menengah yang mengambil langkah ekspansi ke Turki."

Akhir tahun lalu, sekitar 4300 perusahaan Jerman mendaftarkan diri pada badan keuangan Turki, dan tendensinya terus meningkat. Pakar investasi Marcus Knupp

"Upah pekerja di Turki tentu lebih murah dibanding di Jerman. Tapi negara ini bukan lagi lokasi produksi yang murah, karena sementara ini Turki berkembang sedemikian rupa sehingga dapat memproduksi produk-produk yang lebih rumit."

Misalnya perusahaan truk dan bis Jerman MAN. Di ibukota Ankara produsen bis turis dan antar negara itu membangun pabrik dan dari sana mengekspor ke lebih dari 40 negara. Dan juga perusahaan-perusahaan Turki memiliki kepentingan bisnis terhadap Jerman. Pada tahun 2007 perusahaan konglomerat Turki KOC membeli perusahaan pembuat pesawat televisi Jerman, Grundig.

Meski demikian ada juga nada peringatan. Sejumlah pengamat khawatir, terlalu cepatnya pertumbuhan ekonomi di Turki dapat berdampak tingkat kenaikan harga dan inflasi, tidak terkendali. Selain itu krisis di negara-negara tetangga juga berdampak bagi Turki. Dituturkan pakar ekonomi Imamoglu

"Akibat krisis, permintaan dari Eropa untuk produk ekspor Turki tahun lalu menurun 26 persen. Selain itu perusahaan-perusahaan Turki mulai meningkatkan ekspornya ke Timur Tengah dan Afrika Utara. Tapi kerusuhan baru-baru ini di Mesir, Libya, Tunisia dan Suriah merugikan para eksportir."

Tahun ini para analis ekonomi memperkirakan pertumbuhan ekonomi Turki berkisar 4,5 sampai 6 persen. Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi kawasan pengguna mata uang Euro diperkirakan kurang dari dua persen.

Julia Hahn/Dyan Kostermans

Editor: Agus Setiawan