1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bom Guncang Beirut

cp/as (rtr, ap, dpa)27 Desember 2013

Sedikitnya 5 orang tewas, termasuk eks Menteri Keuangan Libanon, dalam serangan bom di pusat kota Beirut hari Jumat (27/12/13). Mohammed Shattah dikenal vokal terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.

https://p.dw.com/p/1AhNX
Foto: Reuters

Mantan menteri keuangan Mohammed Shattah dan pengawalnya tewas dalam ledakan hebat yang diduga akibat serangan bom mobil yang menarget konvoinya. Tiga orang lainnya juga tewas, dan lebih dari 15 orang luka-luka, lapor kepala Palang Merah Libanon, George Kettneh.

Suara ledakan terdengar nyaris di seluruh pusat kota Beirut sekitar pukul 9:40 pagi, dan kepulan asap hitam terlihat membumbung tinggi di distrik bisnis ibukota Libanon itu.

Sebuah restoran dan sebuah kafe ikut hancur akibat ledakan. Sejumlah mobil terbakar, dan seorang saksi mengatakan pecahan kaca berserakan dan bau bahan peledak begitu pekat di udara.

Beirut dalam keadaan siaga pasca ledakan, sejumlah polisi dikerahkan memblokade sejumlah jalan penting di ibukota.

Teror di masa liburan

Mohammed Shattah, seorang Muslim Sunni, adalah sosok oposisi yang juga penasehat bagi Saad Hariri, mantan perdana menteri Libanon yang gemar mengkritik gerakan Hizbullah yang beraliran Syiah. Menurut saksi di lokasi ledakan, Shattah sedang menuju rapat politisi anti-Suriah.

Orang-orang berlarian mencoba membantu korban yang terluka
Orang-orang berlarian mencoba membantu korban yang terlukaFoto: Reuters

Hariri menuding Hizbullah berada di balik serangan bom. "Kami menduga pelakunya adalah para tersangka yang lari dari peradilan internasional dan menolak untuk hadir di hadapan mahkamah internasional," kata Hariri, merujuk pada lima tersangka Hizbullah yang dituding membunuh ayahnya, Rafik Hariri, tahun 2005.

Sebuah pesan Twitter dari akun Shattah kurang dari sejam sebelum ledakan menuding Hizbullah berusaha mengambil alih kontrol negara. "Hizbullah terus menekan untuk mendapat kekuatan di bidang keamanan dan kebijakan luar negeri, seperti yang dilakukan Suriah di Libanon selama 15 tahun," demikian bunyi twit.

Bermotif sektarian

Konflik di Suriah menimbulkan perpecahan di Libanon dan meningkatkan ketegangan sektarian. Hizbullah telah mengirimkan pejuang-pejuangnya ke Suriah untuk berperang bersama Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang menganut Islam Alawiyah, sebuah cabang heterodoks Syiah.

Sejumlah kelompok pemberontak Sunni Suriah yang berafiliasi dengan Al-Qaeda, juga ingin menggulingkan Assad

Mantan Menteri Telekomunikasi Libanon, Marwan Hamadeh, yang selamat dari serangan bom mobil tahun 2004, mengatakan kepada televisi Al Arabiya: "Hizbullah tidak akan pernah memimpin Libanon, baik separah apa kerusakan yang mereka hasilkan atau seberapa banyak darah yang mereka tumpahkan."

cp/as (rtr, ap, dpa)