1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Michael Anti China

8 September 2011

Sekitar 500 juta warga Cina memiliki akses ke internet. lewat internet pula, Michael Anti menyebarluaskan informasi yang selama ini ditutup-tutupi pemerintah.

https://p.dw.com/p/12VeH
Michael AntiFoto: DW/Cinnamon Nippard

Hari-harinya diawali dengan internet. Segera setelah bangun pagi, Michael Anti membaca dan menulis E-Mail, Blog serta Twitter. Internet memberi warga Cina kebebasan baru.

"Dulu, informasi yang relevan adalah barang langka di Cina, karena kementrian propaganda mengontrol setiap berita dan memutarbalikkannya.Tetapi internet mematahkan kekuasaan kantor berita pemerintah Xinhua dan dinas propaganda", kata Anti. 

Perkenalam Michael Anti dengan internet dimulai akhir tahun '90-an. Ketika itu, kebanyakan situs luar negeri dapat diakses di Cina. Dari situs online Washington Post atau New York Times, untuk pertama kalinya ia mengetahui apa yang tak ada di media Cina, seperti pelanggaran HAM dan kelaliman pemerintah. Ia juga menemukan dokumen tentang pembantaian di lapangan Tiannamen. Peristiwayang terjadi 10 tahun sebelum ia mengetahuinya untuk pertama kali. Anti tak habis pikir.

Ia bilang, "Sewaktu kecil, saya bercita-cita jadi anggota partai komunis. Kini saya hampir tak bisa percaya bahwa pemerintah menggunakan panser baja untuk membantai gerakan mahasiswa, dan bahwa mereka berhasil menjauhkan informasi itu dari saya sampai 10 tahun lamanya.“

Anti memulai perlawanan dengan mengubah nama. Dari Zhao Jing menjadi Anti, untuk anti kemapanan, untuk protes. Ia menyebarluaskan informasi yang selama ini ditutup-tutupi pemerintah. Tetapi Anti bukanlah pembangkang yang harus bersembunyi. Sampai hari ini ia bekerja seabgai jurnalis untuk media pemerintah Cina. Pada waktu luang, ia menulis blog. Untuk mencegah agar apa yang ditulis di internet tidak dihapus, ia bermain dengan bahasa, seperti blogger Cina lainnya.

"Kami mencoba kata-kata baru, kadang juga menciptakannya, untuk memperoleh ruang bebas di internet dan memperluasnya. Contoh, orang tidak bisa memasukkan tanggal pembantaian di Tiananmen, 4 Juni, ke internet, karena akan segera dihapus. Jadi kami menulis 35 Mei, dan itu berhasil", kata Anti.

Sejak tiga tahun Michael Anti juga menggunakan layanan Twitter dan Weibo, padanan twitter Cina, dimana terdaftar sekitar 150 juta warga Cina. Ketika dua kereta berkecepatan tinggi Cina bertabrakan bulan Juli, dalam hitungan menit di Weibo terpasang foto dan berita langsung dari lokasi kejadian. Beijing tak punya peluang untuk menyensor informasi.

Anti mengatakan, "Kecelakaan kereta dan reaksi yang muncul di Weibo merupakan titik balik hubungan antara rakyat dan pemerintah. Dulu korban sama sekali tak punya kesempatan untuk didengar, tapi kini mereka bisa menyampaikan apa yang mereka alami agar diperhatikan.“

Beijing masih belum menemukan cara untuk menghadapi publik kritis yang baru ini. Untuk keberanian dan keteguhannya, Michael Anti yang berusia 36 tahun, dianugerahi penghargaan media M100 oleh Forum Media Postdam.

Silke Ballweg/ Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk