1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB Diminta Jaga Lokasi MH17

Agus Setiawan24 Juli 2014

Menlu Belanda dan Australia berada di Ukraina untuk merundingkan pengerahan tim kepolisian internasional menjaga lokasi kecelakaan MH17. Pesawat militer kembali membawa puluhan peti mayat ke Belanda.

https://p.dw.com/p/1CiNR
Foto: Reuters

Menteri Luar Negeri Belanda Frans Timmermans dan rekan sejabatnya dari Australia Julie Bishop melakukan pembicaraan dengan para pejabat Ukraina di Kyiv. Kedua negara mengusulkan agar lokasi kecelakaan pesawat Malaysia MH17 dijaga oleh tim internasional dibawah koordinasi PBB.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan, 50 polisi Australia sudah diterbangkan ke London sambil menunggu konfirmasi dari PBB untuk membentuk tim internasional.

"Di lokasi kecelakaan, tidak bisa dilakukan sesuatu tanpa ijin dari pemberontak bersenjata, yang kemungkinan besar menembak jatuh pesawat itu", kata Abbot kepada wartawan di Canberra.

Hari Senin lalu (21/07) Dewan Keamanan PBB memutuskan resolusi yang menuntut investigasi independen terhadap kecelakaan Malaysia Airlines MH 17 dan menyebutkan, Organisasi Penerbangan Internasional ICAO harus mengambil peran memimpin investigasi.

Jenazah korban dibawa ke Belanda

Pesawat militer kembali menerbangkan jenazah korban dari Kharkiv ke Eindhoven. Rombongan pertama sudah diterbangkan hari Rabu kemarin (23/07) dan disambut di Belanda dengan upacara militer. 193 dari 298 penumpang MH17 adalah warganegara Belanda.

"Inilah Caranya Menghormati Yang Meninggal", demikian kepala berita di harian Belanda NRC, yang membandingkan penanganan buruk oleh kelompok separatis Ukraina. Iring-iringan 40 mobil jenazah (foto di atas) kemudian membawa peti mati ke Hilversum, untuk selanjutnya dilakukan identifikasi yang bisa makan waktu sampai berbulan-bulan.

Harian De Telegraaf memberi judul: "Akhirnya di Tangan Baik". Harian itu menulis, adalah "sebuah skandal yang sulit dibayangkan, bahwa masih ada sepertiga korban yang tertinggal di 'killing fields' para bandit-bandit Putin."

"(Situasi) ini harus diselesaikan secepat mungkin. Jika polisi atau militer internasional harus melakukan intervensi, jangan ada keraguan untuk melakukan itu. Kita berutang pada para korban untuk bertindak tegas", tulis De Telegraaf.

Separatis akui ada rudal BUK

Seorang komandan separatis, Alexander Khodakovsky, mengatakan kepada kantor berita Reuters, pihak separatis memang punya sistem rudal BUK buatan Rusia. Sebelumnya, kelompok separatis selalu membantah memiliki rudal yang diduga kuat menghantam MH17 di udara.

Namun Khokadovsky mengatakan, rudal itu tidak dimiliki oleh kelompoknya dari Donetsk.

"Saya tahu ada BUK datang dari Luhansk. Waktu itu saya diberitahu ada BUK dari Luhansk yang datang di bawah bendera LNR", kata Khodakovsky menyebut kelompok separatis Republik Rakyat Luhansk.

"Mereka kemungkinan sudah mengirimnya kembali untuk menghilangkan bukti keberadaannya", tambahnya.

hp/ab (rtr, afp)