1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Beban Radiasi Bagi Astronot di Mars

Frank Grotelüschen13 Agustus 2013

Tugas Curiosity di Mars adalah mencari jejak kehidupan dan mempersiapkan misi pesawat antariksa berawak. Karena itu, alat ukur radiasi buatan Jerman juga bisa ditemukan pada rover tersebut.

https://p.dw.com/p/19O22
Foto: NASA/JPL-Caltech

Saat Curiosity mendarat dengan mulus di planet Mars 6 Agustus 2012 lalu, para pakar NASA di ruang kontrol di Pasadena bersorak gembira. Sejak itu, Curiosity menunaikan tugasnya dengan baik. Rover ini melintasi permukaan Mars, sensornya menganalisa contoh bebatuan, mengukur atmosfir dan mengamati cuaca di Mars.

Jerman juga turut lega atas keberhasilan Curiosity. Salah satu sensor di badan rover tersebut dirakit oleh ahli fisika dari Universitas Kiel. Sensor tersebut untuk mendeteksi radioasi, semacam alat penghitung Geiger. "Di Mars ada banyak jenis radiasi yang radioaktif", jelas Jan Köhler, salah seorang ahli fisika dari Uni Kiel. "Detektor kami bertugas mengukur sebanyak mungkin dan mempergitungkan bahaya radiasi bagi manusia atau kemungkinan kehidupan di Mars."

Kecil dan Ringan Seperti Kaleng Cola

Di laboratoriumnya, Köhler membuka sebuah koper dan mengeluarkan silinder logam yang tidak lebih besar dari kaleng Coca Cola. Ini adalah kembaran sensor radiasi yang diinstalasi pada Mars Rover. Para peneliti harus membangun sensor sekecil dan seringan mungkin. Karena kelebihan berat satu gram pun, akan membuat misi senilai 2,5 milyar Dolar ini semakin mahal lagi. Selain itu, detektor tersebut harus sebisa mungkin menghemat pemakaian listrik.

Sensor ini pada dasarnya mengukur erupsi matahari dan sinar kosmik yang bergerak dengan kecepatan cahaya di antariksa. Data yang diperoleh disimpan secara sementara di rover, lalu dikirim ke bumi melalui satelit.

Mars Curiosity feiert einjährigen Geburtstag
Curiosity sudah setahun bertugas di MarsFoto: picture-alliance/dpa

Sensor tidak baru diaktifkan setelah Mars Rover mendarat, melainkan sudah selama perjalanan yang memakan waktu hampir sembilan bulan dari bumi ke Mars. "Sehingga kami bisa memperkirakan, berapa banyak radiasi yang bisa dialami seorang astronat dalam penerbangan menuju Mars", jelas Köhler.

Kehidupan di Mars?

NASA ingin menerbangkan manusia ke planet merah di tahun 2030. Berdasarkan penelitian para ilmuwan di Kiel, para astronot akan terkena dosis radiasi 1,8 Millisievert per hari. Ini hampir sama dengan radiasi alami yang dialami manusia di bumi per tahun. Ini terlalu berbahaya. Sudah dalam perjalanan menuju Mars, astronot terkena dosis radiasi yang sangat tinggi, sehingga penerbangan kembali ke bumi akan terlalu riskan karena bahaya radiasi tambahan.

Dampaknya, pesawat antariksa berawak harus lebih mendapat proteksi dibandingkan pesawat antariksa tak berawak. Misalnya dengan dinding lebih tebal, yang bisa melindungi dari radiasi. Atau juga dengan rute penerbangan yang lebih pendek. Tapi ini bukan berarti, situasi tidak lagi berbahaya setelah sampai di tujuan. Mars Rover Curiosity sudah mengukur radiasi di permukaan planet selama satu tahun. Hasilnya, "Radiasi di Mars setengah dari di ruang antariksa. Ini jauh lebih tinggi dari di bumi." Demikian Köhler.

Bild vom Planeten Mars
Sinar kosmik akan sulitkan astronot di MarsFoto: Reuters

Ini karena Mars tidak memiliki ladang magnet ataupun atmosfir yang padat. Karena itu sinar kosmik bisa sampai ke permukaan planet tanpa terhambat. Jan Köhler mengusulkan, "Stasiun Mars bagi para astronot bisa didirikan dekat tebing. Sehingga radiasi dari antariksa bisa tertahan oleh tebing." Kemungkinan lain adalah mendirikan stasiun Mars di bawah permukaan tanah Mars. Memang para penghuni jadi tidak memiliki jendela, tapi setidaknya aman dari radiasi.

Setidaknya selama satu tahun lagi Curiosity masih harus bekerja di Mars. Jan Köhler dan timnya berharap, sensor buatan mereka akan bisa mengumpulkan data ukur sebanyak mungkin.