1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bayern: Lima Gol dan Lusinan Kritik

17 April 2014

Bayern München lolos ke final DFB Pokal dengan membekap Kaiserslautern 5:1. Namun kegembiraan yang sejenak meliputi kabin pemain, segera berganti menjadi renungan dan kritik diri.

https://p.dw.com/p/1Bk0V
Foto: picture-alliance/dpa

Bayern München banyak bertafakur usai melumat klub divisi dua, FC Kaiserslautern 5:1 di babak semifinal Piala DFB. Sejatinya Robben dkk. patut bergembira lantaran sukses mencapai target minimal dengan lolos ke final. Namun kali ini situasinya berbeda.

Usai dipermalukan Borussia Dortmund 0:3 di kandang sendiri, Bayern kini sedang berupaya mengembalikan dominasi di atas lapangan. Skuad besutan Pep Guardiola itu mencari apa yang oleh Thomas Müller disebut sebagai, "keamanan, kontrol maksimal," terhadap jalannya pertandingan.

Melihat performa Bayern saat menjamu Kaiserslautern, Müller boleh jadi benar. Bayern berulangkali kerepotan menghadapi tusukan-tusukan sporadis Kaiserslautern. "Permainan kami belum seratus persen maksimal di beberapa laga terakhir," kata Müller terpekur.

"Tidak bahagia"

Direktur Olahraga Matthias Sammer mengamini ucapan Müller. "Saya tidak bahagia dengan bagaimana kami bermain. Saat ini penampilan kami tidak cukup. Saya punya kesan, kami tidak begitu ngotot. Untuk ambisi kami, penampilan semalam tidak cukup."

Bayern memang terkesan tampil kurang maksimal dibandingkan sebelum menjuarai Bundesliga. Beberapa kali manuver Kaiserslautern mampu membuat pemain Bayern terlihat bimbang. Bahkan kapten Philip Lahm pun mengakui, pihaknya berulangkali mengalami "kelemahan konsentrasi."

"Lautern sejak awal tampil sangat berani. Akibatnya kami kerepotan menjaga bola," tutur pelatih Pep Guardiola. Beruntung buat Bayern, kali ini lawannya Kaiserslautern. Karena pekan ke depan, Guardiola harus membenahi pasukannya untuk tampil di Santiago Bernabeu buat menghadapi Real Madrid di babak semi final Liga Champions Eropa.

Peringatan dari Kahn

Legenda kiper Bayern, Oliver Kahn mewanti-wanti, ia pernah mengalami situasi serupa saat masih aktif. Ia memahami para pemain akan terpuaskan secara mental seusai menjuarai Bundesliga, "tapi justru disitulah bahayanya," ujar Kahn.

Pada musim 1989/1999 Bayern merengkuh gelar Bundesliga di pekan ke-31. Namun harus menyerah dari Manchester United di final Liga Champions Eropa tiga pekan kemudian, kendati memimpin 1:0 selama nyaris 80 menit.

Buat gelandang Bayern, Toni Kroos, kritik yang menghujam sejak beberapa pekan terakhir, "sedikit berlebihan," katanya. "Sangat manusiawi jika kami tampil kurang maksimal seusai juara. Yang penting adalah kami bisa tampil 100 persen dalam laga penting."

rzn/hp (sid,dpa)