1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bahasa Daerah Terancam Punah

21 Februari 2014

Sekitar 6000 bahasa dituturkan di seluruh dunia. Menurut UNESCO, setengah dari bahasa-bahasa tersebut akan punah di akhir abad ini. Orang tua harus berbicara dengan anaknya dalam bahasa yang mereka benar-benar kuasai.

https://p.dw.com/p/1BDG7
Gambar simbol: Bahasa IbuFoto: picture-alliance/dpa

Memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional, 21 Februari, organisasi untuk suku adat terancam Jerman GfbV menyampaikan kekhawatiran akan punahnya bahasa-bahasa di dunia. Menurut seorang pejabat GfbV, Sarah Reinke, saat ini sekitar 1.800 dari sedikitnya 6.000 bahasa di dunia terancam kepunahan. Setiap dua minggu, satu bahasa hilang tidak dituturkan lagi. Juga di Jerman, 13 bahasa minoritas dan dialek yang kini masih dipakai, seperti Yiddish dan Romani, berada dalam ancaman.

Kepunahan bahasa, terutama bahasa minoritas, di dunia diakibatkan dengan semakin meningkatnya mobilitas atau pengaruh media, ditambahkan Sarah Reinke. Selain itu, di beberapa negara otoriter, seperti Rusia dan Cina, bahasa-bahasa minoritas ditekan dengan maksud untuk mencabut akar budaya etnis minoritas di negara-negara tersebut. Di Amerika Selatan, proyek-proyek pembangunan raksasa mengubur habitat dan bahasa adat di wilayah.

Sementara di Indonesia, dengan dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa ini berandil terhadap punahnya bahasa daerah. Di Indonesia terdapat sekitar 700 bahasa daerah, yang sebagaian besar masih aktif dituturkan sampai sekarang. Namun menurut UNESCO, bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga dalam bahaya – sekitar 140 bahasa daerah terancam kepunahan.

Pentingnya Bahasa Ibu

“Penting bagi orang tua untuk mengajarkan bahasa mereka kepada anak-anak mereka,” dikatakan Christiane Hoffschildt, dari Asosiasi Terapi Bicara Jerman DBL. Orang tua sebaiknya berbicara dengan anak-anak dalam bahasa yang mereka benar-benar kuasai, yaitu bahasa ibu mereka sendiri. Ini juga berlaku bagi para migran di Jerman. "Bagi kebanyak anak (migran) biasanya bukan merupakan masalah untuk belajar Bahasa Jerman sebagai bahasa kedua atau ketiga,“ papar Christiane Hoffschildt.

Kemampuan menguasai satu bahasa ibu merupakan dasar yang sangat penting bagi anak-anak untuk menguasai bahasa-bahasa lainnya. "Ini bukan saja merupakan kesempatan tambahan untuk kesuksesan karir akademik dan profesional, tapi juga mendukung perkembangan pluralistik dan linguistik dalam masyarakat yang beragam budaya,“ demikian Christiane Hoffschildt.

Hari Bahasa Ibu Internasional dicanangkan oleh PBB pada November 1999, dan sejak tahun 2000 diperingati setiap tanggal 21 Februari. Hari Bahasa Ibu digagas untuk mengangkat perhatian dunia pada bahasa-bahasa yang terancam punah – bahasa dengan kurang dari 10.000 penutur.

yf/vlz (dpa/epd/ots)