1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Membersihkan Sungai Jerman

Marc von Lüpke12 Agustus 2013

Sejumlah sungai di Jerman sekarang jadi tujuan wisata. Beberapa tahun lalu sungai-sungai itu dinyatakan mati secara biologis. Bagaimana ekosistem di sana berhasil diselamatkan?

https://p.dw.com/p/19N9p
Foto: picture-alliance/ZB

Sampah plastik yang mengapung di air dan ikan yang hampir mati berusaha menarik napas di permukaan. Sekarang skenario horor bagi ekologi itu terutama datang dari Cina lewat layar televisi, serta jadi bukti situasi menyedihkan di banyak sungai Cina, yang termasuk perairan paling terkotor di dunia. Beberapa waktu lalu, sungai-sungai Jerman juga masih seperti itu, terutama sungai Elbe. Sungai yang bersumber di Ceko dan bermuara ribuan kilometer di utaranya, di dekat Hamburg, dianggap calon sungai mati. Hingga penyatuan Jerman tahun 1990, Jerman Timur menyalurkan air kanalisasinya ke sungai Elbe tanpa dibersihkan terlebih dahulu.

Campuran Beracun

Tahun 1988, peneliti menemukan campuran racun seperti 16.000 ton Nitrogen, 10.000 ton Fosfor, 23 ton air raksa dan tiga ton campuran kimia Pentaklorofenol yang berkadar racun tinggi, dialirkan sungai Elbe ke arah laut. Akibatnya, ikan-ikan yang hidup di sungai itu menderita sakit, demikian dijelaskan pakar biologi Veit Hennig dari universitas Hamburg.

Tetapi bagaimana kerusakan seperti itu sekarang bisa diperbaiki? Penutupan banyak pabrik di bekas Jerman Timur, pemurnian air limbah dari kanalisasi yang terus-menerus dilakukan, serta peraturan lingkungan yang ketat telah menyelamatkan Elbe, dan sungai-sungai Jerman lainnya, kata Veit Hennig. Pemancing dan orang yang berenang di sungai sekarang sudah menjadi pemandangan lazim di Elbe dan sungai-sungai lainnya. Berbagai binatang juga kembali, termasuk ikan paus jenis Phocoenidae. Ikan paus ini di awal tahun mengikuti ikan kecil mangsanya ke perairan sungai Elbe. Datangnya mereka jadi bukti bahwa air Elbe semakin sehat.

Kesalahan Masa Lalu

Lain dengan perairan lain, seperti danau, sungai bisa mengalirkan bahan berbahaya dengan cepat. Jadi sungai membersihkan diri sendiri, tetapi kandungan berbahaya terkumpul di laut. Hanya di sedimen-sedimen sungai sekarang masih bisa ditemukan unsur beracun. Akibat banjir bandang seperti tahun ini, bahan-bahan racun itu bisa tersebar. Stephan Köster, yang mengajar di Institut Penanganan Limbah dan Perlindungan Perairan di universitas teknik Hamburg-Harburg mengemukakan, orang tidak sekedar mengalirkan limbah ke sungai, dan kemudian melupakannya karena otomatis dialirkan ke laut.

"Orang sekarang lebih banyak berinvestasi pada pemurnian limbah. Limbah tidak hanya dibersihkan secara mekanis, melainkan juga secara kimia dan biologis," demikian Köster. Ia menambahkan, "Sekarang ada standar untuk membersihkan air, memisahkan Nitrogen dari air dan secara terarah mencegah masuknya Fosfor."

Apakah Perairan Sehat?

Dokumentarfilm Die Elbe von oben
Bagian sungai Elbe di negara bagian NiedersachsenFoto: doc.station

Di instalasi pemurnian air, prinsip yang digunakan adalah: dari besar ke kecil. Awalnya lewat pembersihan mekanis, benda berukuran besar dipisahkan dari air. Saringan halus kemudian memisahkan mineral, seperti pasir, dari air, karena nantinya misalnya bisa merusak pompa air. Setelah lewat tempat pengendapan akhirnya hanya unsur yang bisa diurai yang berada di air. Akhirnya pekerja-pekerja kecil seperti bakteri digunakan untuk terutama mengurai karbon.

Walaupun situasi membaik, Veit Hennig menekankan dengan mengambil contoh Elbe, sungai-sungai di Jerman masih butuh penanganan agar kondisi alamiah bisa kembali sepenuhnya. "Memang kualitas air dari standar kimia sudah sangat membaik, tetapi struktur sungai sebagai ruang hidup memburuk," kata Veit Hennig. Yang dimaksudkan pakar biologi itu adalah semakin meluasnya pendirian bangunan di tepi sungai dan semakin banyaknya pembuatan tanggul untuk membatasi sungai dari daratan.