1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Assange Ibarat Robin Hood Era Digital

8 Desember 2010

Pendiri Wikileaks Julian Assange menggelar gerilya politik gaya baru. AS seharusnya memperbaiki keamanan bank datanya.

https://p.dw.com/p/QTOR
Foto Julian Assange menjadi titel berita utama di sejumlah harian Amerika Serikat.Foto: AP


Penangkapan pendiri portal internet Wikileaks, Julian Assange oleh kepolisian Inggris, menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung dalam tajuknya yang berjudul “sebuah perang gerilya gaya baru digelar oleh Wikileaks“ berkomentar : Alasan penangkapan Julian Assange memang tidak berkaitan dengan publikasi data rahasia dari para diplomat AS. Akan tetapi, menimbang peranan utama yang dimainkan Assange, baik secara organisasi maupun ideologis, boleh jadi penangkapan ini bertujuan untuk sementara melemahkan Wikileaks. Dalam waktu bersamaan, AS memiliki cukup waktu untuk mendorong proses hukumnya sendiri dan jika dipandang perlu meminta ekstradisinya. Landasan hukum untuk itu memang amat labil. Sebab berdasarakan konstitusi AS, kasus publikasi rahasia negara tidak boleh mengalahkan kebebasan berpendapat. Yang lebih menjanjikan sukses adalah, jika pemerintah AS menuntaskan bahaya pencurian data dari akarnya, dengan meningkatkan investasi bagi keamanan bank data pemerintah.

Harian konservatif Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan, dalam tajuknya yang berjudul “borgol yang dikenakan kepada Julian Assange bermakna ganda“ berkomentar senada:Bagi Assange, dokumen rahasia diplomatik yang dibocorkannya lewat Wikileaks merupakan bukti, bahwa AS bukanlah sebuah benteng pelindung demokrasi. Melainkan lebih banyak seperti gua gelap sarang penyalahgunaan kekuasaan dan tindakan ilegal. Bisa dimengerti jika AS merasa terluka dan memandang Assange sebagai musuh anggota komplotan jahat. Namun, ketimbang memborgol Assange, nampaknya sebuah revisi dari sistem diplomasi AS yang bobrok, jauh lebih bermanfaat.

Harian Austia Kurier yang terbit di Wina dalam tajuknya yang berjudul “Robin Hood zaman data digital“ berkomentar : Tetap belum jelas, apakah gairah Assange untuk menerabas perbatasan juga berlaku dalam kehidupan pribadinya? Atau apakah tuduhan itu hanyalah bagian dari balas dendam dari pacar-pacarnya yang merasa dikecewakan. Yang sudah jelas adalah, kemasyhuran yang dikejar oleh semua pihak, bagi Assange adalah hal yang tiada taranya. Sebagai Robin Hood di zaman data digital dan dengan segala kemungkinan teknisnya, ia memantapkan Wikileaks sebagai faktor baru dalam politik. Sangat efektif, tidak dapat diperhitungkan dan tidak dapat dikekang.

Terakhir harian Jerman Süddeutsche Zeitung berkomentar : Assange memanfaatkan secara luas kebebasan yang ditawarkan negara hukum demokratis. Tapi ironisnya, ia juga menggugat demokrasi dan memaki konspirasi otoriter yang ia manfaatkan untuk memaksakan transparansi totaliternya. Bagi dirinya sendiri, Assange tidak menerima aturan dari sistem tsb. Sejak bulan Agustus lalu, di Swedia dikeluarkan perintah penangkapan terhadap Assange dengan tuduhan melakukan pelecehan seksual dan perkosaan. Sama halnya jika Assange dirampok atau diculik di Swedia, kejaksaan negara itu juga harus mengusut kasusnya. Negara hukum tidak hidup dari fantasi mengenai komplotan jahat, melainkan dari fakta-fakta.

AS/MH/dpa/afpd