1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asia Pasar Terbesar Cula Badak Ilegal

Ofelia Harms Arruti23 Juli 2014

Tahun 2014 perburuan liar badak di Afrika diperkirakan kembali memecahkan rekor. Harga cula badak di pasar gelap kini jauh lebih tinggi dari emas, dengan permintaan terbesar datang dari Vietnam.

https://p.dw.com/p/1CgRI
Foto: Brent Stirton/Getty Images/WWF-UK

Pemburu liar dari desa-desa termiskin di Mozambik menyusup ke Afrika Selatan, lengkap dengan senjata. Mereka datang untuk berburu badak. Uang yang mereka hasilkan dari hanya satu badak cukup untuk memberi makan keluarga selama berbulan-bulan. Imbalan yang setimpal dengan risikonya.

Antara 1990 dan 2007 pemburu liar membunuh rata-rata 14 badak per tahun di Afrika Selatan. Tahun 2013 jumlahnya lebih dari seribu, dan hingga pertengahan tahun ini 558 badak sudah dibunuh demi cula mereka di Afrika Selatan, untuk kemudian dijual di Asia.

Hanya perlu 48 jam untuk mengirim cula badak dari Afrika Selatan ke Asia. Banyak pembeli kaya di Asia yang gemar memamerkan kekayaan dengan cula badak dan gading gajah. Di Vietnam, yang menjadi pasar terbesar, kaum elit bahkan suka mencampur serbuk cula badak ke dalam minuman.

Semua demi status

Satu kilogram cula lebih berharga dari sekilo emas
Satu kilogram cula lebih berharga dari sekilo emasFoto: Brent Stirton Getty Images WWF-UK

Satu kilogram cula badak dihargai 50.000 Euro di pasar gelap. Sebagai perbandingan, sekilo emas nilainya sekitar 31.000 Euro.

"Orang harus dikasih tahu kalau hewan ini dibunuh dengan cara keji, dan perburuan ini ilegal," ujar Brit Reichelt-Zolho dari World Wildlife Fund (WWF).

Melegalkan perdagangan

Pelham Jones, ketua Asosiasi Pemilik Badak Pribadi di Afrika Selatan, yakin bahwa legalisasi perdagangan cula badak dapat mengurangi masalah perburuan liar. "Menurut kami faktor ilegalnya itu yang justru menarik," katanya. "Kalau cula bisa dibeli secara legal, tentu akan mengurangi pembelian ilegal, juga harganya."

Pemilik pribadi seperti Jones harus mendaftarkan setiap cula dari badak yang terbunuh dan bahkan memberi sampel DNA hewan tersebut. "Uang bisa didapatkan dari perlindungan hewan dengan strategi politik yang baik dan perdagangan yang diatur," timpalnya.

Namun Brit Reichelt-Zolho berpikir berbeda. "WWF menentang legalisasi perdagangan cula badak. Kami bertanya: mengapa ini baru diajukan sekarang dan tidak lebih dulu, ketika harganya belum semahal sekarang? Pasti ada motivasi laba dibaliknya." Dan kalau pemilik pribadi tidak takut lagi untuk membeli, populasi badak akan semakin terancam, tegas sang pakar WWF.

Penjaga hutan lindung kerap diserang oleh pemburu liar
Penjaga hutan lindung kerap diserang oleh pemburu liarFoto: Martin Harvey/WWF

Pemburu legal palsu

Warga kaya Eropa dan Amerika Utara dapat secara legal berburu badak di Afrika Selatan selama bersedia membayar. Biaya yang harus dikeluarkan untuk lisensi memberi pemasukan besar bagi banyak negara Afrika, yang kemudian digunakan untuk konservasi. Bagi pemburu legal, sengaja dipilih hewan yang sudah tua. Hewan-hewan ini tidak dapat bereproduksi lagi dan kerap meresahkan kawanannya. Ketika mereka dibunuh, hewan yang lebih muda dapat dengan mudah bereproduksi.

Menurut WWF, dalam beberapa tahun terakhir semakin banyak pemburu legal palsu yang bermunculan. Mereka tidak berburu demi kesenangan, tapi untuk menyelundupkan cula badak ke Asia. Sejak tahun 2012 Afrika Selatan berhenti mengeluarkan lisensi baru bagi pemburu Asia dan Eropa Timur setelah sejumlah skandal mencuat.

Maraknya perburuan badak adalah "isu pembangunan yang tidak bisa dipecahkan dengan kampanye anti-perburuan liar dan hukuman berat saja," menurut Reichelt-Zolho. Untuk menghentikannya, negara-negara Afrika butuh strategi pembangunan berkelanjutan dan sistem ekonomi yang meningkatkan standar hidup masyarakat.