1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Asap Paksa Presiden Minta Maaf

25 Juni 2013

Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono meminta maaf kepada Singapura dan Malaysia atas api yang menyebabkan kedua Negara itu tertutup asap. Ribuan pekerja darurat dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan.

https://p.dw.com/p/18vPQ
Foto: Reuters

Krisis kabut asap mencapai tingkat terburuk di Singapura pekan lalu, dan awal pekan ini di Malaysia. Gedung pencakar langit tertutup asap dan mempengaruhi secara drastis kehidupan jutaan warga di kedua negara itu.

Kabut asap yang pekan lalu menyelimuti Singapura, pekan ini bergeser ke Malaysia karena perubahan arah angin. Sementara di Riau, tempat di mana api berkobar di lahan gambut, ratusan orang berkumpul memanjatkan doa agar hujan turun.

Tanggung Jawab Indonesia

Krisis ini telah memicu perang kata-kata antara Jakarta dan negara tetangganya, dengan menteri Indonesia menuduh Singapura bertingkah “seperti anak kecil“. Tapi Yudhoyono berusaha meredakan ketegangan dengan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka pada Senin malam.

 "Sebagai presiden Indonesia, saya minta maaf atas apa yang terjadi dan meminta pengertian rakyat Malaysia dan Singapura,” kata dia. ”Kami menerima bahwa adalah tanggung jawab kami untuk mengatasi masalah ini.”

Singapura berulangkali menuntut agar Indonesia mengambil langkah untuk mengatasi kebakaran, namun Jakarta membalas, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan sawit asal Singapura dan Malaysia yang memiliki perkebunan di Indonesia juga harus ikut dipersalahkan atas terjadinya kebakaran.

Asap dari Sumatra adalah masalah yang selalu terulang pada musim kemarau sekitar Juni hingga September, di mana perusahaan besar dan kecil menyalakan api untuk membersihkan lahan, sebuah cara murah tapi melanggar hukum, untuk membersihkan lahan sebelum menanam.

Badan penanggulangan bencana Indonesia mengatakan lebih dari 3 ribu pekerja, termasuk polisi dan tentara, akan dikerahkan ke Riau dalam dua hari ke depan, untuk menjinakkan api.

Saat ini sudah ada sekitar 2.300 pekerja di lapangan yang mencoba memadamkam kebakaran dan memberikan bantuan kepada masyarakat lokal yang terkena dampak, kata kepala badan penanggulangan bencana Syamsul Ma'arif.

Mereka didukung oleh sejumlah helikopter dan pesawat yang menjatuhkan air dan membuat hujan buatan dengan memasukkan bahan kimia ke awan.

Namun salah satu pejabat yang menangani masalah ini Agus Wibowo mengatakan upaya dari udara itu tidak efektif, sehingga kini mereka lebih fokus menggirimkan lebih banyak orang ke daerah kebakaran untuk memadamkan api di lahan gambut.

“Kami sudah bekerja sangat keras,” kata dia.


Doa Minta Hujan

Pada saat Singapura sudah menikmati hari cerah untuk ketiga kalinya berturut-turut setelah indeks pencemaran udara turun setelah mengalami kenaikan tertinggi sepanjang sejarah pada pekan lalu, Malaysia kini yang menanggung beban krisis asap.

Kualitas udara berada dalam tingkat ”berbahaya“ selama dua hari terakhir, di pelabuhan paling sibuk negara itu di Port Klang di Selat Malaka yang menghadap Sumatra, dengan indeks polusi udara mencapai titik 487.

Lima daerah lainnya, sebagian besar di bagian tengah Malaysia di dekat ibukota Kuala Lumpur, kualitas udara berada dalam titik “sangat tidak sehat”.

Ratusan sekolah yang beberapa waktu terakhir ditutup, terpaksa dibuka kembali, namun pejabat pendidikan menyarankan agar tidak melakukan aktivitas luar ruangan.

Di Dumai, Riau, di mana jarak pandang hanya 150 hingga 200 meter, warga disarankan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, sementara ratusan orang berkumpul memanjatkan doa khusus meminta hujan.

”Pagi ini, kami telah berdoa kepada Tuhan agar hujan turun dan usaha memadamkan api bisa sukses,” kata seorang pejabat lingkungan setempat bernama Basri.

ab/hp (afp,dpa,ap)