1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apa Gunanya 'Koma Artifisial'?

Gudrun Heise1 Februari 2014

Sejak sebulan, mantan pembalap F1 Michael Schumacher berada dalam kondisi koma artifisial karena trauma otak. Kini para dokter ingin membangunkannya. Bagaimana prosesnya? Dan apa kegunaan koma artifisial?

https://p.dw.com/p/1B09Y
Foto: picture-alliance/dpa

Setelah kecelakaan Michael Schumacher, istilah 'koma artifisial' kerap digunakan oleh media untuk menerangkan kondisi mantan pembalap F1 tersebut. Tapi apa yang terjadi dengan tubuh dalam kondisi tersebut?

Ini seperti bius total dalam waktu lama. Para dokter melakukannya mirip seperti proses anastesi sebelum operasi. Pasien yang mengalami kecelakaan berat atau baru melewati operasi rumit, sering dikondisikan dalam koma artifisial untuk menyelamatkan nyawanya.

Usai terjatuh atau terbentur, kepala bisa mengalami gegar otak atau trauma otak. Otak bisa membengkak, sama seperti bagian tubuh lainnya. Tapi tidak seperti pada lutut atau lengan, pembengkakan ini tidak bisa membesar, karena otak dikelilingi dengan rapat oleh tulang.

Jadi tekanan dalam otak bertambah. Ini membahayakan nyawa. Tekanan harus diturunkan. Untuk itu, dokter menurunkan suhu tubuh hingga 32 sampai 35 derajat Celsius. Sehingga metabolisme melambat dan kebutuhan oksige berkurang. Tapi otak masih cukup memperoleh oksigen. Jika tidak, sel saraf bisa mati dan bisa menimbulkan kerusakan permanen.

Waktu pemulihan bagi tubuh

Tubuh pasien harus dijaga kondisinya. Di ruang perawatan intensif, banyak fungsi yang tidak harus dilakukan sendiri. Alat pernapasan mengambil alih proses bernapas pasien, frekuensi jantung dan tekanan darah kerap diawasi. Pasien diberi makan melalui pipa makanan atau infus.

Pasien dilindungi dari situasi stres yang sering diakibatkan oleh cidera berat. Saat koma artifisial, pasien tidak mengalami rasa sakit, karena "dimatikan" oleh obat penahan sakit dan obat bius.

Kembali dibangunkan

Berapa lama seorang pasien berada dalam kondisi koma artifisial, bergantung pada berapa berat cidera yang dialami pasien. Pada beberapa kasus hanya dibutuhkan waktu satu-dua hari. Sementara pasien lain berminggu-minggu tidak sadar di ruang perawatan intensif.

Semakin lama masa biusnya, semakin besar bahaya efek sampingnya. Bisa terjadi trombosis, radang paru-paru, gangguan jantung, gangguan peredaran darah, serta melemahnya otot dan sistem kekebalan tubuh. Karena itu dokter tidak membiarkan pasien terlalu lama dalam kondisi koma artifisial.

Jika tekanan dalam otak tidak lagi kritis, pasien bisa dibangunkan setiap saat dari koma artifisial. Untuk itu, pemberian obat pereda sakit dan obat bius dikurangi secara bertahap. Lalu secara bertahap pula, tubuh mengambil alih kembali semua fungsinya. Seperti misalnya pernapasan.

Pasien yang lama berada dalam kondisi koma artifisial, setelah sadar seringnya tidak bisa mengingat banyak hal, kebingungan, atau bahkan menjadi agresif. Beberapa juga mengalami gangguan orientasi. Apakah otak mengalami kerusakan permanen atau tidak, baru bisa dipastikan dokter, setelah pasien terbangun dari koma artifisial.