1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ancaman Penyakit Berperantara Vektor

Claudia Witte9 April 2014

Kalau semua berjalan sesuai keinginan WHO, tiada lagi korban tewas akibat gigitan nyamuk atau caplak pada abad ke-21. WHO “menyatakan perang” atas penyakit menular berperantara vektor.

https://p.dw.com/p/1Bdio
Foto: picture-alliance/dpa

Satu gigitan dari nyamuk harimau atau caplak dapat berakibat fatal: malaria, demam berdarah dan demam kuning, chikungunya dan penyakit Lyme menular dengan cara ini. Setiap tahun para pakar mengangkat penyakit menular berperantara vektor yang menjangkiti lebih dari 1 miliar orang.

Meski penyakit semacam ini umumnya dijumpai di wilayah tropis dan subtropis, kasusnya semakin banyak di wilayah beriklim sedang. Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan ada 77.000 kasus setiap tahun di Eropa.

Pakar mengatakan pemerintah tidak boleh lalai dalam memerangi penyakit berperantara vektor
Pakar mengatakan pemerintah tidak boleh lalai dalam memerangi penyakit berperantara vektorFoto: picture-alliance/dpa

Mayoritas penyakit berperantara vektor di Eropa dibawa dari luar negeri. "Bebasnya perpindahan orang dan barang mendukung kebebasan pergerakan vektor," ungkap Raman Velayudham dari departemen penyakit tropis yang terlantar di WHO. "Manusia adalah perantara utama virus - kita membawanya dari satu lokasi ke lokasi lain, menjadi penyedia bagi nyamuk," kata Velayudham kepada DW.

Ancaman datang

Di antara penyakit berperantara vektor, demam berdarah adalah yang penularannya paling cepat. WHO dan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) telah memperingkatkan dampak infeksi yang viral ini, yang mereka sebut sebagai "bahaya yang bisu."

Meski demam berdarah mewabah di wilayah tropis, sekarang juga menyebar ke zona beriklim sedang
Meski demam berdarah mewabah di wilayah tropis, sekarang juga menyebar ke zona beriklim sedangFoto: picture-alliance/dpa

Sekitar 50 tahun lalu, demam berdarah hanya ada di 9 negara. Kini penyakit yang ditularkan nyamuk itu ditemui di lebih dari 100 negara, berarti 40 persen populasi global berisiko terjangkit. Setiap tahun, ada 50 hingga 100 juta orang yang terkena demam berdarah. Sebagian kecil diantaranya berujung pada kematian.

Korban terbesar

"Bukan hanya jumlah kematian yang kami sorot, tapi lebih kepada biaya yang dikeluarkan," ujar Amanda McClelland dari IFRC. "Keluarga miskin tidak akan mampu membayar pengobatan demam berdarah," tambahnya.

Dan penyakit ini menyebar cepat. Menurut perkiraan WHO, antara 100 hingga 380 juta orang terinfeksi di seluruh dunia. Setelah malaria, demam berdarah merupakan penyakit demam yang paling sering dibawa oleh warga Eropa setelah bepergian ke luar negeri. Di Jerman saja, ada 500 kasus per tahun.

Demam berdarah dapat diperangi dengan menghilangkan tempat nyamuk Aedes berkembang biak: genangan air
Demam berdarah dapat diperangi dengan menghilangkan tempat nyamuk Aedes berkembang biak: genangan airFoto: WHO/J. Gusmao

Nyamuk Aedes, yang menularkan demam berdarah dan juga demam kuning serta chikungunya, juga dapat bermigrasi ke Eropa seiring menghangatnya suhu. Sejak tahun 2010, kasus lokal sudah dilaporkan di Portugal, bagian selatan Perancis dan Kroasia.

Cukup mudah

WHO menyerukan perlindungan yang lebih baik atas penyakit menular berperantara vektor. Velayudham menekankan bahwa langkah perlindungan yang sederhana dapat menyelamatkan nyawa. "Kelambu yang dibaluri insektisida dapat membantu melawan malaria, sementara demam berdarah dapat dihindari dengan obat pembasmi nyamuk dan penutup untuk jendela," petuahnya.