1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Anak-Anak Rohingya Akan Dididik di Pesantren

26 Mei 2015

Indonesia akan mengirim lebih dari 230 anak-anak Rohingya masuk pesantren. Anak-anak itu bagian dari sekitar 1700 pengungsi yang diselamatkan dari laut dan saat ini ditampung di provinsi Aceh.

https://p.dw.com/p/1FWV1
Foto: Reuters/Beawiharta

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menerangkan, dari sekitar 230 anak pengungsi Rohingya, banyak yang berstatus yatim piatu. Karena itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Wakil Presiden dan Menteri Luar Negeri untuk menawarkan opsi pengasuhan anak-anak itu di pondok-pondok pesantren.

"Kami sudah koordinasi dengan Wapres, Menlu, mereka dimungkinkan untuk diasuh, apakah di RPTC (Rumah Perlindungan & Trauma Center) Kemensos, apakah di pesantren," kata Khofifah hari Senin (25/06/15) di Istana Wakil Presiden di Jakarta.

Khofifah mengatakan, beberapa pesantren sudah menyatakan bersedia menampung anak yatim piatu pengungsi Rohingya. Sebelumnya mereka akan diidentifikasi. Anak-anak itu bisa juga ditempatkan di pesantren lain di luar Aceh.

"Setelah identifikasi, verifikasi dan validasi data, mereka bisa ke pesantren. Karena beberapa pesantren sudah menyampaikan langsung pada saya. Ada Cicurug Sukabumi, Malang, Pasuruan, Bojonegoro. Mereka siap menampung anak-anak yatim yang siap jadi santri, mereka semua yang dari Rohingya beragama Islam," kata Menteri Sosial Khofifah.

Ditampung sementara

Saat ini, para pengungsi Rohingya ditampung di beberapa tempat di Aceh. Banyak yang mengatakan, mereka ingin tinggal di Indonesia. Di tempat penampungan sementara, anak-anak pengungsi diajarkan Bahasa Indonesia dan pelajaran lainnya oleh para relawan.

Malaysia dan Indonesia pekan lalu sepakat menampung para pangungsi Rohingya dan Bangladesh untuk sementara. Jumlah pengungsi diperkirakan mencapai 7000 orang. Kedua negara juga mengimbau masyarakat internasional untuk membantu.

Sebelumnya Thailand, Malaysia dan Indonesia sempat menolak para pengungsi yang terkatung-katung di tengah laut mendarat di teritorialnya. Sikap itu mengundang protes dari PBB dab berbagai lembaga bantuan pengungsi.

Korban perdagangan manusia

Masih belum jelas bagaimana nasib para pengungsi asal Bangladesh selanjutnya. Malaysia dan Indonesia berulangkali menegaskan, mereka adalah pengungsi ekonomi, dan bukan pelarian karena tekanan politik di negaranya.

Kebanyakan pengungsi Rohingya berasal dari Myanmar. Mereka mengalami intimidasi dan represi di negaranya dan tidak mendapat pengakuan sebagai warganegara. Myanmar menganggap Rohingya sebagai imigran gelap dari Bangladesh. Sejauh ini, Myanmar belum bereaksi atas desakan negara-negara ASEAN agar menghentikan intimidasi terhadap warga Rohingya.

Otoritas Malaysia menyatakan telah menemukan lebih 100 lokasi yang diduga kuat menjadi tempat kuburan massal di daerah perbatasan ke Thailand. Ribuan warga Rohingya diduga dibunuh oleh sindikat penyelundup manusia, karena keluarga mereka menolak atau tidak bisa membayar uang tebusan yang dituntut. Belum lama ini, polisi Thailand menyatakan menemukan 36 mayat di tempat penampungan pengungsi di hutan yang ditinggalkan oleh para penyelundup manusia, setelah polisi menggerebek tempat itu.

hp/vlz (dpa, afp, rtr)