1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Amos: Resolusi PBB Tidak Berguna, Situasi di Suriah Semakin Memburuk

1 Mei 2014

Serangan bom, serangan udara dan tidak ada bantuan bagi warga sipil – penderitaan di Suriah terus meningkat, demikian dikatakan Koordinator Bantuan Darurat PBB Amos. PBB harus mengambil “langkah yang lebih keras”.

https://p.dw.com/p/1Bs02
Foto: Yasser al-zayyat/AFP/Getty Images

Daftar kekejaman di Suriah semakin panjang. Kebiadaban terakhir: serangan udara terhadap sebuah sekolah di Aleppo, yang menurut aktivis menewaskan setidaknya 18 orang – di antaranya 10 anak. Melihat situasi yang terus memburuk di Suriah, pernyataan Koordinator Bantuan Darurat PBB Valerie Amos tidak terlalu mengejutkan: ”Resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Suriah pada dasarnya sia-sia belaka. Situasi di negara yang tengah dilanda perang ini tidak membaik, namun terus memburuk,” dikatakan Amos. Dan yang menanggung beban terberat adalah warga biasa, ditambahkan Amos.

Untuk alas an taktis, pihak-pihak yang bertikai juga menyerang warga sipil. Hal ini bertentangan dengan “dasar-dasar hak asasi manusia”. Para pekerja kemanusiaan seringkali tidak mendapat akses untuk memberikan bantuan bagi para korban luka. Selain perang yang berkecamuk, birokrasi juga merupakan masalah besar yang dihadapi pekerja kemanusiaan. Misalnya, pemerintah Suriah kerap tidak memberikan visa bagi mereka.

Walaupun terus diblokir Rusia, Amos tetap mendesak agar Dewan Keamanan PBB segera bertindak. “Tindakan apa yang diambil, hanya Dewan PBB lah yang bias memutuskan. Namun pengalaman seperti misalnya di Bosnia, menunjukkan bahwa kadang diperlukan beberapa resolusi sesuai Pasal VII.” Pasal dalam Piagam PBB ini merumuskan tindakan yang akan diambil jika satu pihak gagal mematuhi resolusi PBB. Namun Rusia berisikeras menolaknya.

Serangan Merupakan Keseharian

Di Homs, korban akibat serangan ganda bertambah menjadi 100 orang. Menurut organisasi pengamat HAM Suriah, kelompok Islamis militan Al-Nusra mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Hari Selasa (29/04/14), di distrik al-Zahra yang terutama dihuni anggota komunitas Alawit diguncang du serangan bom mobil. Keluarga Presiden Bashar al-Assad merupakan anggota minoritas Muslim Alawit. Sementara kelompok al-Nusra memiliki kedekatan dengan jaringan al-Qaeda yang Sunni.

Kabar yang lebih mengejutkan beredar di situs yang dekat dengan pihak oposisi. Anggota kelompok ekstrimis Irak dan Syam ISIS dilaporkan di depan umum menyalib dua pria di kota al Rakka.

Negara Tetangga dalam Kesulitan

Pemberontakan menentang Presiden Suriah Assad berdampak pada situasi politik di Lebanon. Dua pemilu presiden di negara ini talah gagal karena anggota parlemen dari Hizbullah yang pro-Iran memboikot pemungutan suara. Partai ini bersekutu dengan rezim Assad, sementara partai-partai lain mendukung pemberontak. Jika sampai masa jabatan Presiden Michel Suleiman berakhir pada 25 Mei belum dicapai kesepakatan, Lebanon terancam kekosongan pemerintahan.

Di Yordania satu kamp pengungsi baru dibuka. Setiap harinya, 600 warga Suriah mencari perlindungan di Yordania. Kamp Azraq, terletak 100 kilometer dari ibukota Amman, untuk tahap pertama memiliki kapasitas 50.000 orang, demikian dikatakan Andrew Harper, perwakilan Badan Pengungsi PBB UNHCR. Kamp ini nantinya diharapkan mampu menampung 130.000 jiwa, dan menjadi kamp pengungsi terbesar di dunia. Di lokasi kamp ini terdapat dua sekolah dan satu rumah sakit yang bias menampung 130 pasien.

Pemilu dalam Perang

Walau perang masih berkecamuk dan kritik internasional, Presiden Assad tetap akan menggelar pemilu presiden pada 3 Juni mendatang, yang kemungkinan besar akan dimenangkannya.

Sejauh ini, 16 kandidat tampil bersaing melawannya. Sebagian besar dari mereka tidak dikenal dan pencalonan mereka dianggap hanya untuk „memeriahkan“ pemilu ini. Sementara politisi oposisi yang paling menonjol, jika tidak dalam pengasingan, mereka kini mendekam di penjara.

yf/ap (dpa,afp, rtr)