1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aktivis Lingkungan: Calon Pemimpin Indonesia Minim Visi Lingkungan

1 Juli 2009

Kalangan pemerhati lingkungan hidup memandang pemilihan presiden pada tanggal 8 Juli adalah kesempatan dan sekaligus ancaman dalam sektor lingkungan.

https://p.dw.com/p/Ieuf
Demonstrasi pelajar di Jakarta menentang pembabatan hutanFoto: AP

Bagi kandidat yang berhasil, mereka berkesempatan mendapatkan celah dari pendanaan perlindungan hutan dan energi bersih. Di sisi lain mereka yang terpilih, bisa juga menjadi ancaman bagi jutaan orang Indonesia yang akan merasakan dampak perusakan hutan selanjutnya dan memburuknya perubahan iklim.

Semakin dekat dengan hari H pencentangan pemilu presiden, lembaga-lembaga swadaya masyarakat juga semakin yakin, belum ada komitmen serius dari ketiga calon presiden dan wakil presiden untuk melindungi lingkungan hidup yang merupakan warisan penting untuk generasi mendatang.

Para aktivis perlindungan lingkungan menyesalkan masih sangat minimnya visi lingkungan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden. Juru kampanye hutan organisasi lingkungan hidup Greenpeace, Joko Arif, mencontohkan, bagaimana rancunya kubu Susilo Bambang Yudoyhono - Boedhiono ketika bicara soal penyelamatan hutan.

"Pendukung SBY mengeluarkan iklan menjelaskan SBY menyelamatkan hutan. Misalnya restorasi hutan tanaman industri. Ini jelas beda dengan hutan alam. Kan hutan tanaman industri buat industri kertas. Padahal Akasia itu merusak. SBY juga menjanjikan pengurangan emisi. Namun itu hanya ucapan yang bertentangan dengan pelaksanaannya. Misalnya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, misalnya izin menteri pertanian untuk mengeksploitasi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit, boom karbon meledak dan lepas ke atmosfir.“

Sementara pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto dipandang tidak jelas dalam menawarkan perbaikan daerah aliran sungai dan penanaman pohon. Menurut kepala regional Wahana Lingkungan Hidup Walhi Erwin Usman, program ini harusnya lebih terintergrasi pada sistem yang saling tekait, mulai dari hulu hingga hilir. Bukan sepotong demi sepotong program seperti yang ditawarkan oleh pasangan JK-Win.

Adapun pasangan Megawati Sukarnoputri dan Prabowo dinilai tidak spesifik dalam menjanjikan penanaman kembali lahan rusak. Ketua Umum Partai Gerindra, yang pernah menjabat dirjen rehabilitasi hutan, Suhardi mengaku, tim Mega-Prabowo siap menanami kembali jutaan hektar lahan rusak dengan tumbuhan tumpang sari dan pohon aren, yang bisa menjadi bahan baku energi alternatif.

Namun menurut Erwin Usman dari Walhi, masalahnya sama sekali tidak sederhana. "Wilayah wilayah ini masih dikuasai serikat tani, asosiasi nelayan. Bagaimana anda bisa membuat regulasinya dan bisa menemukan resolusi tahun kedua bisa dibangun. Rakyat sudah apatis."

Menurut para aktivis lingkungan, program-program pemberantasan kemiskinan dan perbaikan ekonomi yang ditawarkan para calon tak akan mencapai sasaran dan tak bisa berkelanjutan jika mengabaikan program perlindungan lingkungan yang menyeluruh. Program lingkungan itu harus pula realistis dan bisa diterapkan langsung. Misalnya moratorium atau penghentian sementara penebangan hutan. Juga sistem yang terintegrasi dalam berbagai sektor menyangkut lingkungan hidup. Mulai dari penangangan deforestasi, perubahan iklim hingga mitigasi bencana. Kebijakan mengenai pengelolaan sumber daya alam juga harus memperhatikan keadilan ekologis dan keberpihakan pada rakyat.

Ayu Purwaningsih

Editor: Ging Ginanjar