1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aktivis Birma Raih Penghargaan Ramon Magsaysay

Rodion Ebbighausen31 Agustus 2013

30 tahun lamanya Lahpai Seng Raw membantu para korban konflik etnis di Myanmar. Atas peranananya itu, ia diberi penghargaan Ramon Magsaysay.

https://p.dw.com/p/19Z66
Lahpai Seng RawFoto: Lahpai Seng Raw

DW: Anda berasal dari kelompok etnis Kachin dan selama beberapa dekade mendorong solusi damai bagi konflik etnis di Myanmar atau Birma. Apa reaksi Anda ketika Anda mengetahui bahwa Anda adalah salah satu pemenang "Ramon Magsaysay Award" tahun ini?

Lahpai Seng Raw: Saya merasa penghargaan itu luar biasa dan saya sangat terkejut. Tapi kemudian saya berpikir bahwa penghargaan ini merupakan pengakuan dari upaya kita bersama. Sejak pengumuman pemenang penghargaan tersebut, saya memperoleh banyak respon --dari militer, dari beberapa masyarakat dan kelompok perlawanan bersenjata-- Mereka semua mengucapkan selamat dan merayakan dengan saya. Ini memperkuat kerja kami dan membantu untuk solusi jangka panjang. Sungguh ini perasaan yang sangat menyenangkan.

DW: Sejak awal keterlibatan Anda di Myanmar, dan terutama dalam beberapa tahun terakhir, negeri ini telah berubah banyak. Bagaimana Anda menilai perubahan itu, apalagi Anda juga ikut terlibat?

Lahpai Seng Raw: Sejak tahun 1987 saya terlibat secara sosial. Pada tahun 1997, teman-teman dan saya berkiprah di LSM "Yayasan Metta Pembangunan". Ada dua teman Jerman yang sangat baik telah membantu, yakni Michael Baumann, yang telah membimbing saya, dan Wolfgang Trost.

Pada saat ini, era baru gencatan senjata dimulai. Banyak kelompok perlawanan bersenjata telah setuju melakukan gencatan senjata dengan pemerintah pusat. Kami saat ini mulai bekerja untuk pengungsi. Itu penting untuk rekonstruksi dan bantuan dalam pengembangan masyarakat.

Jika Anda bertanya apa perbedaannya sekarang, saya harus mengatakan bahwa tidak ada perubahan yang cepat di Myanmar. Di beberapa daerah, tidak ada yang berubah. Misalnya, masih ada setengah juta pengungsi domestik. Kami masih mencari solusi damai untuk jangka panjang.

DW: Apa langkah-langkah selanjutnya yang diperlukan, dan apa tantangan yang dihadapi?

Lahpai Seng Raw: Saya pikir perlu adanya keterlibatan yang lebih luas. Akar masalahnya adalah politik. Jadi, harus diselesaikan pada tingkat politik. Para pemimpin dari pihak pemerintah maupun kelompok perlawanan bersenjata harus menunjukkan lebih banyak kesediaan untuk membahas berbagai isu. Mereka kemudian melakukan perundingan perdamaian yang komprehensif.

Dari perspektif seorang pekerja sosial, menurut saya pembicaraan damai akan memakan waktu. Tapi itu adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri permusuhan bebuyutan dan mengupayakan agar para pengungsi bisa kembali ke tanah air mereka .

DW: Apa peran yang dapat dimainkan Eropa dan Jerman? Apa jenis dukungan mereka yang berguna dalam pandangan Anda?

Lahpai Seng Raw: Ada banyak cara di mana masyarakat internasional dapat membantu pemerintah membutuhkan dukungan masyarakat lokal dan kelompok-kelompok oposisi bersenjata. Gencatan senjata adalah hal yang baru bagi Myanmar. Kerap ada kesepakatan gencatan senjata. Namun pada langkah selanjutnya harus mengarah pada solusi nyata, yang dapat dilakukan lewat dialog politik. Pada titik ini, Jerman, Eropa dan masyarakat internasional dapat sangat membantu. Tantangan masalah nasib pengungsi masih besar. Sehingga bantuan bagi pengungsi sangat disambut dengan baik.

DW: Bagaimana penghargaan ini mendukung pekerjaan Anda?

Lahpai Seng Raw: Saya sudah pensiun dua tahun lalu dari posisi eksekutif di LSM Metta, tapi saya mencoba untuk membantu dalam segala cara, agar suara orang-orang biasa bisa didengar. Saya sangat berharap bahwa penghargaan ini dapat membantu menemukan solusi berkelanjutan. Ini adalah penghargaan besar, yang juga menunjukkan bahwa kerja-kerja pembangunan di tatanan lokal di Myanmar bisa sukses, bahwa LSM nasional bisa berhasil.

Ini perlu ditekankan, khususnya karena dukungannya saat ini diragukan oleh Uni Eropa. Di masa lalu, Uni Eropa telah mendukung masyarakat sipil lokal. Tapi setelah ada keterbukaan pemerintah, bantuan mulai dihentikan. ;ereka mengatakan, LSM lokal harus "melibatkan diri". Kedengarannya seperti organisasi lokal yang harus membantu Uni Eropa untuk melaksanakan kebijakan Uni Eropa atau organisasi internasional. Tapi seharusnya yang terjadi adalah sebaliknya. Jika kita ingin membangun masyarakat sipil di negara ini, maka masyarakat sipil yang harus memimpin. Peran organisasi internasional harus dibatasi pada penguatan masyarakat sipil.