1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Pembakaran Buku 10 Mei 1933 di Jerman

Marc von Lüpke-Schwarz10 Mei 2013

Hari kelabu dalam sejarah Jerman. 10 Mei 1933 NAZI membakar karya-karya penulis yang tidak disukai. Justru mahasiswa yang melemparkan buku-buku itu ke tengah kobaran api.

https://p.dw.com/p/18VJp
Nach der Machtübernahme 1933 ließen die Nationalsozialisten die Bücher verfemter Autoren wie Lion Feuchtwanger, Erich Kästner und Sigmund Freud verbrennen.
Pembakaran buku "Bücherverbrennung" 10 Mei 1933Foto: picture-alliance/Georg Goebel

Malam 10 Mei 1933, sekitar 70 ribu orang berkumpul di Opernplatz, Berlin. Mahasiswa mengangkut lebih 20 ribu buku dengan truk dan kendaraan lain ke situ. Di antaranya karya penulis Henirich Mann, Erich Maria Remarque atau Joachim Ringelnatz.

Pemimpin mahasiswa NAZI Herbert Gutjahr (23) menyampaikan pidato kebencian: "Kami melakukan tindakan ini menentang jiwa non Jerman. Saya menyerahkan semua jiwa non Jerman ke dalam api," teriaknya di antara massa. Di depannya berkobar lautan api yang membakar ribuan buku.

10 Mei 1933 di seluruh kota universitas di Jerman mahasiswa membakar karya-karya penulis yang tidak sesuai dengan ideologi NAZI. Sejak beberapa pekan sebelumnya mahasiswa sudah mengambil buku karya penulis dan jurnalis dari perpustakaan publik dan universitas.

Bücherverbrennung 1933 Berlin Platz vor der Staatsoper III. Reich, Bücherverbrennung : Der brennende Scheiterhaufen auf dem Platz an der Staatsoper Unter den Linden in Berlin (Opernplatz) . Angehörige der SA werfen Bücher und Zeitschriften in die Flammen.
Aksi Pembakaran Buku di Lapangan dekat Gedung Opera Berlin 1933Foto: Ullstein

Bagi mereka buku-buku itu berisi pemikiran "non Jerman" atau penulisnya dinilai musuh Nasionalsosialistis NAZI. Diantaranya termasuk penulis sosialis, pasifis dan Yahudi. Petugas perpustakaan dan banyak profesor membiarkan aksi "pencurian" ini, meskipun mereka tidak mendukungnya.

Setelah pengambilalihan kekuasaan oleh NAZI Januari 1933, Adolf Hitler mendapat kekuasaan penuh. Dimulai aksi pembersihan terhadap pemikiran warga Jerman. Perhimpunan mahasiswa Jerman yang terdiri dari semua wakil kepentingan mahasiswa, April 1933 memberikan solusi: "Negara berhasil dikuasai. Perguruan Tinggi tidak! Jiwa SA (Sturmabteilung - Organisasi paramiliter NAZI-red) masuk. Kibarkan bendera!".

Seruan ini disampaikan Perhimpunan mahasiswa NAZI. Sejak April 1933, mereka mengorganisir "Aksi menentang jiwa non Jerman", yang acara puncaknya adalah pembakaran buku 10 Mei 1933. Pimpinan NAZI hampir tidak terlibat, mahasiswa sendiri yang merencanakan dan mengorganisirnya.

Portrait von Erich Kästner am 15.04.1955. Kästner war ein deutscher Schriftsteller, Drehbuchautor und Journalist, der vor allem für seine Kinderbücher (z. B. "Emil und die Detektive", "Das doppelte Lottchen") bekannt wurde. Er war außerdem der Präsident des Deutschen PEN-Klubs.
Erich KästnerFoto: picture-alliance/Georg Goebel

Pembakaran "Pemikiran Intelektual"

Pembakaran buku-buku di Opernplatz di Berlin adalah acara puncaknya. Melalui radio kejadian itu disiarkan ke seluruh Jerman. Banyak mahasiswa muncul dengan seragam SA atau SS. Dengan apa yang disebut "Mantera Api", mahasiswa terus melemparkan buku-buku ke dalam kobaran api.

"Mantera api" yang kedua berbunyi: "Menentang dekadensi dan kehancuran moral! Untuk budaya dan norma dalam keluarga dan negara! Saya menyerahkan kepada api tulisan dari Heinrich Mann, Erst Glaeser dan Erich Kästner."

Erich Kästner, penulis buku anak-anak yang dikenal dunia lewat "Emil dan sang detektif" pada hari itu juga ada di Opernplatz dan menjadi saksi mata. "Saya berdiri di depan universitas, berdesakan di antara mahasiswa berseragam SA, masa depan bangsa, melihat buku-buku kami terbang ke dalam api yang berkobar," demikian tulis Kästner di kemudian hari.

Buecherverbrennung/sammeln von Buechern... Nationalsozialismus / Buecherverbrennung auf dem Opernplatz in Berlin, am 10. Mai 1933. - Sammeln der beschlagnahmten Buecher auf einem Wagen, mit dem sie zur Ver- brennung auf dem Opernplatz gefahren werden.- Foto.
Aksi pembakaran buku 10 Mei 1933Foto: picture-alliance/akg-images

Picu Kemarahan Internasional

Menjelang tengah malam muncul pembicara utama: Joseph Goebbels. Menteri Propagada dan Doktor Sastra Jerman itu menyampaikan: "Pria-pria dan perempuan Jerman! Masa intelektualisme Yahudi yang berlebihan kini berakhir, dan terobosan revolusi Jerman juga membuka kembali jalan-jalan Jerman."

Masyarakat internasional bereaksi marah terhadap aksi pembakaran buku oleh NAZI Jerman itu. Majalah berita AS "Newsweek" menyebut kejadian itu "Holocaust of books."

Sastrawan Heinrich Heine yang karyanya juga dibakar oleh para mahasiswa pro-NAZI, tahun 1821 sudah menulis: "Dimana orang membakar buku, pada akhirnya orang juga membakar manusia." Kata-kata Heine terbukti secara amat mengerikan. Beberapa tahun kemudian dimulai pembunuhan massal warga Yahudi yang kini dikenal sebagai Holocaust.