1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Afghanistan Kewalahan Berantas Ladang Opium

6 Februari 2008

Total produksi opium Afghanistan tahun ini mencatat sedikit penurunan dibanding tahun sebelumnya. Namun, penanaman opium di kawasan yang dikuasai pemberontak diperkirakan meningkat.

https://p.dw.com/p/D3YZ
Seorang petani memanen bahan dasar opium dari tananam poppy
Budi daya tanaman poppy, lebih menguntungkan daripada bertaniFoto: AP

Delapan tahun lebih setelah Taliban digulingkan, kegagalan mengendalikan produksi opium yang meningkat berarti: Afganistan kini terkunci dalam lingkaran setan. Uang hasil penjualan obat bius menjadi bahan bakar bagi perlawanan Taliban dan korupsi pegawai, memperlemah kontrol pemerintah terhadap sebagian besar wilayah yang pada gilirannya memungkinkan lebih banyak opium diproduksi.

Kantor PBB Urusan Obat Bius dan Kriminal (UNODC) memperkirakan, panen opium di Afghanistan tahun ini akan sama, atau sedikit lebih rendah, dibanding tahun lalu yang mencetak angka rekor. Tahun 2007, Afghanistan memproduksi lebih banyak obat bius dibanding gabungan Kolumbia, Bolivia, Peru

Budi Daya Opium Menguntungkan

Opium dari Afghanistan, bisa memberikan puluhan juta dolar selama setahun, bagi pemberontak Taliban. Demikian kata ketua UNODC Antonio Maria Costa. Pajak, dalam tanda kutip, sebesar 10 persen yang dibayarkan mayoritas petani di wilayah selatan, akan menghasilkan hampir 100 juta dolar bagi pemberontak tahun ini.

Ladang-ladang opium terkonsentrasi di wilayah selatan Afghanistan yang merupakan pusat kekuatan Taliban. Sebaliknya, di kawasan utara yang lebih tenang, semakin banyak daerah bebas tanaman poppy, bahan dasar opium. Diperkirakan, sedikitnya 14 dari 34 provinsi di Afghanistan, bebas dari ladang poppy.

Pejabat pemerintah Afghanistan menghancurkan ladang poppy
Upaya memberantas opium di Afghanistan, salah satu agenda utama Presiden KarzaiFoto: dpa

Namun, di wilayah selatan dan barat, produksi opium meningkat sampai ke tahap mengkhawatirkan. Laporan Kantor PBB Urusan Obat bius dan Kriminal (UNODC) mencatat, semua petani poppy yang disurvei di kawasan selatan mengatakan, mereka membayar pajak 10 persen dari penghasilan opium mereka kepada Taliban atau pegawai pemerintah yang korup. Dalam satu tahun, pajak dalam tanda kutip itu akan menghasilkan hampir 100 juta dolar. Uang tambahan juga diperoleh pemberontak dengan menjalankan laboratorium guna memproses opium menjadi heroin, dan lewat ekspor obat bius.

Petani Poppy Butuh Insentif

Perwakilan UNODC di Afghanistan Christina Gynna Oguz mengatakan, di utara dibutuhkan lebih banyak insentif positif bagi petani, karena di selatan mereka menghadapi situasi sulit dengan semacam aliansi kenyamanan antara pedagang obat bius, pegawai yang korup dan pemberontak. Seringkali pedagang obat bius mampu memberi dukungan kepada petani, lebih banyak dibanding pemerintah. Pemberontak memberi pinjaman lunak dengan jaminan opium yang bakal dipanen. Mereka juga menyediakan bibit tanaman poppy dan pupuk. Pemberontak bahkan mengali sumur-sumur agar poppy bisa ditanam di daerah kering.

Afghanistan sejak lama menyerukan lebih banyak bantuan untuk membasmi produksi opium. Namun kalangan diplomat dan pengamat mengatakan, Presiden Hamid Karzai gagal menangani para pejabat yang korup di pemerintahannya. Menteri Penanggulangan Narkotika Afghanistan Khodaidad mengatakan di Tokyo, kampanye tanam pohon secara bertahap menunjukkan hasil dalam membantu para petani beralih ke jenis tanaman lain. Namun, upaya ini tak banyak berhasil di kawasan dimanaTaliban kuat dan tanaman poppy banyak tumbuh.(rp)