1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ada Aliran Dana ISIS dari Australia

Hendra Pasuhuk26 Maret 2015

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) temukan aliran dana untuk gerakan terorisme Islamic State Iraq & Syria (ISIS) yang datang dari Australia. Data itu terungkap berkat kerjasama Indonesia-Australia.

https://p.dw.com/p/1Expq
Indonesien Platina
Foto: picture-alliance/ANN

Sekalipun ada masalah diplomasi dalam hal rencana eksekusi hukuman mati, Indonesia dan Australia tetap bekerjasama untuk melacak sel-sel teror di kedua negara. PPATK kini melaporkan adanya aliran dana dari Australia untuk kelompok teror di Indonesia yang bergabung dengan ISIS.

”Ada aliran dana dari Australia ke salah seorang yang terkait dengan terorisme. Dana tersebut untuk pembiayaan aksi terorisme. Jumlahnya cukup besar,.. ada yang mencapai Rp 7 miliar," kata Wakil Ketua PPATK Agus Santoso.

Ia mengatakan sudah melaporkan temuan itu ke kepolisian dan satuan anti teror Densus 88. Agus selanjutnya menerangkan, Indonesia dan Australia memang telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan pengawasan dalam tiga hal, yakni penyelundupan, terorisme, dan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak.

”Kerja sama ini sangat positif bagi kedua negara yang berbatasan. Selain itu, ini menunjukkan kepada dunia internasional, mengenai peran kedua negara dalam pengawasan terorisme," kata Agus Santoso.

Merambah ke bisnis bahan kimia

Menurut Wakil Ketua PPATK Agus Santoso, pola pendanaan terorisme saat ini sudah merambah ke bisnis seperti penjualan buku, herbal, dan bahan bahan kimia.

”Ini yang bahaya dan harus diwaspadai. Orang-orang yang punya niat jahat menjual bahan kimia yang bisa diracik untuk bahan peledak," ujarnya. Karena itu, semangat kerja sama ASEAN perlu ditingkatkan untuk menanggulangi berbagai ancaman keamanan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menerangkan, temuan PPATK merupakan langkah maju untuk mendapatkan informasi tentang asal aliran dana yang diduga mengalir ke kantong jaringan teroris di Indonesia.

"Tapi, jangan setiap transaksi luar negeri kita curigai. Harus dilihat dulu agar tidak berbahaya bagi perekonomian kita juga," kata JK.

Jihadis ISIS rancang serangan bom klorin?

Asisten Kapolri dan mantan Kepala Densus 88 Antiteror, Inspektur Jenderal Tito Karnavian, mengungkapkan, rencana serangan bom klorin di ITC Depok Jakarta bulan yang lalu diyakini dilakukan oleh militan Indonesia yang kembali dari Suriah dan bergabung dengan ISIS.

Perangkat bom yang ditemukan terdiri dari beberapa botol, lengkap dengan detonator. Tapi bom klorin itu tidak meledak dengan benar. Polisi mengatakan, ini adalah jenis serangan bom klorin yang pertama di Indonesia.

Menurut Tito Karnavian, penggunaan klorin menyerupai taktik yang digunakan oleh jihadis ISIS di Suriah dan Irak. "Ini benar-benar mengejutkan kami," kata mantan komandan pasukan elit anti-teror Densus 88 itu.

Munculnya ISIS menimbulkan ancaman baru bagi Indonesia, dengan hampir 160 orang Warga Negara Indonesia dikonfirmasi polisi telah berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Densus 88 pekan ini menangkap lima orang yang diduga berperan dalam pendanaan dan pengiriman relawan jihadis ISIS dari Indonesia ke Suriah.

hp/yf (afp,dpa,rtr)