1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

8 Tewas Akibat Kekerasan Sektarian antar Pengungsi Myanmar

5 April 2013

Sebuah kelompok muslim Myanmar memukuli delapan pemeluk Buddha sampai mati di sebuah pusat penahanan imigran hari Jumat (5/4) di Belawan setelah mereka mendengar berita tentang kekerasan komunal di kampung mereka.

https://p.dw.com/p/18AN6
Foto: picture-alliance/AP Photo

Kelompok muslim itu menyerang para pemeluk Buddha, yang juga berasal dari Myanmar, pada dini hari di pusat penahanan imigrasi di pelabuhan Belawan, Sumatera Utara, demikian kata kepala polisi setempat Endro Kiswanto.

Kepala polisi itu mengatakan, peristiwa ini berawal setelah para tahanan melihat beberapa foto kekerasan terakhir di Myanmar yang menimbulkan korban tewas paling sedikit 43 orang dan membuat mesjid serta rumah kelompok muslim dihancurkan.

Gara-gara foto

“Mereka melihat beberapa foto kekerasan di Myanmar, termasuk bangunan yang terbakar, dan kami percaya bahwa saat itulah kekerasan pecah,” kata Kiswanto.

Dia mengatakan delapan pemeluk Buddha itu sudah mati ketika polisi tiba di pusat penahanan pada Jumat dini hari, sementara 15 lainnya mengalami luka.

Heru Prakoso, juru bicara kepolisian Sumatera Utara mengatakan bahwa para imigran yang ditahan itu berkelahi dengan potongan kayu tajam. Mereka yang terbunuh “dipukuli sampai mati dengan benda kayu,” kata dia.

Pusat penahanan itu menampung 280 pencari suaka dan para nelayan ilegal dari Myanmar.

Kapal yang membawa para pencari suaka melarikan diri dari kekerasan sektarian di Myanmar semakin banyak yang berlabuh di Indonesia. Banyak dari mereka yang tiba dan harus menunggu antrian panjang di pusat penahanan itu untuk menunggu penilaian tentang status pengungsi mereka.

Kekerasan sektarian terburuk di Myanmar

Bulan lalu, kekerasan komunal di Myanmar meninggalkan lebih dari 1.300 rumah dan bangunan lainnya hangus terbakar, demikian menurut laporan media pemerintah Myanmar.

Enam puluh delapan orang ditangkap dalam kaitannya dengan kerusuhan, yang membuat 11.376 orang kehilangan tempat tingga, menurut harian milik pemerintah Cahaya Baru.

Kerusuhan terakhir dipicu oleh perdebatan di sebuah took emas di pusat kota Meiktila, yang kemudian berubah menjadi kerusuhan, namun para saksi mata mengatakan bahwa gelombang kekerasan itu kelihatannya terorganisir dengan baik.

Ini merupakan konflik sektarian terburuk sejak kekerasan pecah antara kelompok mayoritas Buddhis dengan minoritas Muslim di Negara bagian barat Rakhine tahun lalu yang menyebabkan 180 orang tewas.

Human Rights Watch (HRW) pekan ini menyerukan penyelidikan atas kegagalan polisi untuk menghentikan kekerasan.

“Pemerintah harus menyelidiki yang bertanggungjawab atas kekerasan di Meiktila serta kegagalan polisi menghentikan pembunuhan sewenang-wenang dan pembakaran di seluruh wilayah itu,” kata Direktur HRW Asia Brad Adams.

AB/ HP (afp/dpa/ap)