1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sebab jumlah imigran mati mencapai rekor tinggi.

Agus Setiawan18 Desember 2013

Imigran yang meninggal dunia mencapai jumlah rekor tahun 2013. Apa saja sebab-sebab kematian mereka?

https://p.dw.com/p/1AbxG
Logo Internationale Organisation für Migration
Foto: Reuters

Tahun ini, lebih dari 7000 orang migran tewas di laut atau tewas saat berusaha menyebrangi gurun untuk bisa mencapai tempat pengungsian yang aman. Organisasi Internasional untuk Pengungsi (IOM) mengatakan jumlah ini merupakan rekor paling mematikan.

“Ini sebuah rekor. Jumlah ini lebih daripada tahun lalu dan kami pikir ini adalah masalah besar. Ini bukan sekedar wawasan tapi sebuah peringatan mengingat tinggi jumlahnya. Jumlah ini sangat tragis“ kata pembicara IOM, Leonard Doyle.

Banyak yang jatuh menjadi korban akibat kebijakan pintu tertutup negara-negara kaya, dimana pengetatan perbatasan telah mendorong terjadinya perdagangan manusia yang jumlahnya diperkirakan mencapai 35 milyar dollar Amerika per tahun.

Imigran Mati Saat Menuju Eropa

Tahun 2013, IOM melaporkan terdapat sekitar 2.360 orang migran yang meninggal dunia. Banyak diantara mereka yang telah membayar kelompok penyelundup untuk dapat melakukan perjalanan berbahaya tersebut. Data yang dikeluarkan oleh IOM ini, banyak diperoleh dari negara-negara barat. Diperkirakan jumlah korban sebenarnya lebih besar, mengingat data ini tidak memuat jumlah migran yang meninggal saat melakukan perjalanan dari Afrika menuju Timur Tengah.

IOM memperkirakan sekitar 2000-5000 orang Afrika kehilangan nyawanya saat menyebrangi Sinai dan teluk Aden untuk bisa mencapai Yaman yang dianggap sebagai pintu gerbang untuk bisa masuk ke negara-negara Arab yang kaya.

Aliran pengungsi dan migran yang berusaha masuk ke Eropa juga merupakan akibat dari perang Suriah, kerusuhan di Mesir serta kerusuhan yang terjadi di negara-negara di arab dan Afrika.

"Mengapa orang-orang ini membahayakan nyawa mereka, nyawa keluarga mereka, lagi dan lagi, setiap hari dan setiap jam, jika hal terbaik yang menanti mereka adalah sambutan dingin? kata direktur jendral IOM, William Lacy Swing. “Jawabannya sederhana: "keputusasaan“.

Sekitar 92 mayat yang membusuk ditemukan berserakan di sepanjang gurun Sahara di bagian utara Nigeria bulan Oktober. Mereka tewas karena kendaraan yang mereka tumpangi rusak dan mereka meninggal karena kehausan. Bagian utara Nigeria merupakan jalur utama perdagangan manusia dari daerah Sahara di Afrika menuju Afrika Utara dan menyeberangi laut tengah menuju Eropa.

Migran juga mati saat melakukan perjalanan kapal berbahaya dari Indonesia ke Australia dan di lepas pantai Thailand, kata IOM. Australia merupakan tujuan favorit para pengungsi perahu dari Indonesia sekaligus juga rute paling favorit para penyelundup manusia.

Panjat Tembok ke Spanyol

Pemerintah Spanyol melaporkan pasukan keamanan Spanyol berusaha menghalau upaya sekitar 1000 orang migran yang memanjat pagar pembatas tinggi berlapis tiga yang menjadi pagar pembatas antara Marokko dan Spanyol. Para migran itu dengan susah payah berusaha memanjat pagar pembatas setinggi 6 meter atau menyebrangi laut tengah dengan menggunakan kapal yang rapuh.

Pihak berwajib Spanyol mengatakan, aksi tersebut merupakan upaya terakhir para migran yang putus asa untuk bisa masuk ke dua kota di Spayol, yakni Melilla dan Ceuta.

Dua kota Spanyol ini dihuni oleh sekitar 80.000 penduduk dan masing-masing terletak di bagian utara laut Marokko. Posisi ini menjadikan Melilla dan Ceuta sebagai satu-satunya perbatasan yang memisahkan Uni Eropa dan Afrika sehingga menjadi sasaran impian para migran yang ingin masuk ke Eropa.

Beberapa migran dilaporkan mati dalam aksi itu, sementara ratusan lainnya telah berhasil menyebrangi pagar dan berakhir di tempat-tempat pemrosesan imigran yang sudah penuh sesak. Dalam upaya menangkis para migran, akhir bulan lalu pemerintah spanyol mulai memasang kabel berduri dan jaring anti panjat di titik-titik sepanjang 11 kilometer di perbatasan kota Melilla.