1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

14 Menit yang Misterius di Kokpit MH370

14 Maret 2014

Pencarian pesawat Malaysia yang hilang kini mengarah ke Samudera Hindia. Pejabat Amerika menyebutkan bahwa sistem pengiriman data posisi pesawat secara sengaja telah dimatikan. Menambah misteri hilangnya MH370.

https://p.dw.com/p/1BPeB
Foto: picture-alliance/AP Photo

Pencarian pesawat Malaysia yang hilang, kini meluas ke Samudera Hindia setelah Gedung Putih mengutip ”informasi baru” bahwa bisa jadi jet itu terbang berjam-jam setelah ia menghilang tujuh hari lalu.

Sejumlah media massa Amerika Serikat, mengutip para pejabat, mengatakan bahwa sistem komunikasi pesawat Boeing 777 milik Malaysia Airlines terus mengirimkan “ping” ke satelit selama beberapa jam setelah menghilang dari radar. Pesawat berpenumpang 239 orang itu berangkat dari Kuala Lumpur menuju Beijing.

“Dalam pemahaman saya berdasarkan sejumlah informasi baru yang belum tentu pasti, tapi informasi baru, wilayah pencarian tambahan bisa dibuka di Samudera Hindia,“ kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney.

Seorang pejabat Angkatan Laut AS mengatakan bahwa kapal USS Kidd telah “transit di Selat Malaka dalam perjalanan menuju Samudera Hindia“. Sebelumnya kapal rudal perusak itu dikerahkan ke Teluk Thailand.

Ini merupakan rangkaian terbaru, terkait “petunjuk“ yang sebelumnya juga bermunculan mengenai spekulasi keberadaan hilangnya pesawat yang tercatat sebagai misteri terbesar dalam sejarah penerbangan modern.

Seorang analis penerbangan yang berbasis di New Delhi, Kapil Kak, yang juga bekas komandan Angkatan Udara India, menyebut situasi ini ”tak bisa dijelaskan, tidak pernah terjadi sebelumnya dan mengejutkan“.

Misteri jeda 14 menit

Berbagai media AS mengutip para pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya yang menyebut bahwa pesawat itu terus memancarkan sinyal dengan “ping” satelit selama beberapa jam setelah hilang kontak.

Sinyal terakhir itu dikirim empat jam setelah pesawat itu terakhir terlihat di radar, dari atas air, pada ketinggian jelajah normal, demikian menurut harian Wall Street Journal yang mengutip pernyataan salah seorang penyelidik.

Gerry Soejatman, seorang analis penerbangan independen di Jakarta, skeptis bahwa pesawat itu bisa terbang tanpa terdeteksi di kawasan Samudera Hindia, mengingat sejumlah radar militer milik Malaysia, India, Thailand dan Indonesia beroperasi di wilayah tersebut.

“Bagaimana bisa melewati itu semua?” kata Soejatman. ”Dan jika memang terjadi, berapa banyak orang di militer yang akan dipecat?”

Berita ABC mengatakan bahwa para penyelidik Amerika percaya sistem pelaporan dan pengiriman data pesawat – yang berfungsi melaporkan posisinya di udara kepada radar di darat – telah dimatikan secara terpisah.

Jeda 14 menit menunjukkan bahwa sistem itu secara sengaja telah dinonaktifkan atau setidaknya sistem itu tidak mengalami kerusakan akibat insiden bencana di badan pesawat, demikian kata jaringan televisi tersebut.

Ditambah dengan data radar Malaysia yang mengindikasikan bahwa pesawat itu bisa jadi secara tidak bisa dijelaskan telah mengubah arah dan berbalik, penonaktifan sistem itu bisa membawa pada kemungkinan teori tentang “pengambilalihan” kokpit.

Tapi Soejatman mengatakan bahwa jeda waktu itu bisa jadi adalah akibat kebakaran, ”dan kemudian sistem mati satu per satu”.

“Tak mesti harus disengaja,” kata dia.

Pesawat itu menghilang dari radar satu jam setelah lepas landas. Para pejabat Malaysia mengatakan bahwa kata-kata terakhir yang terdengar dari kokpit adalah “Baiklah, selamat malam,“ saat pesawat itu melewati kontrol pengawas udara Malaysia menuju Vietnam.

ab/hp (afp,ap,rtr)