1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Analisis BMKG soal Cuaca Jabodetabek Terasa Lebih Panas

Detik News
16 Mei 2024

Minimnya pertumbuhan awan dan musim kemarau jadi faktor penyebab cuaca di Jakarta dan sekitarnya terasa lebih panas dalam beberapa hari ini, kata BMKG. Warga pun diminta waspada akan potensi kekeringan dan kebakaran.

https://p.dw.com/p/4ftzY
Foto ilustrasi cuaca panas
Foto: Mohammad Ponir Hossain/REUTERS

Cuaca di Jakarta dan wilayah sekitarnya terasa lebih panas dalam beberapa hari ini. Apa penyebabnya? Berikut analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, mengatakan selama beberapa hari kemarin, cuaca di Jakarta terpantau di atas 34 derajat Celsius. Berdasarkan pemantauan Kantor Stasiun Meteorologi Kemayoran, Jakarta Pusat, cuaca tertinggi terjadi pada Sabtu (11/5) lalu.

"Berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode tanggal 10 - 15 Mei 2024 di wilayah Jakarta berkisar antara 34,5 - 36,6 °C pada siang hari, dimana suhu maksimum tertinggi selama periode tersebut mencapai hingga 36,6 °C," kata Ida dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/5/2024).

Secara umum, dia mengatakan fenomena suhu panas terik di Jakarta dipicu beberapa kondisi dinamika atmosfer. Dia mengatakan faktor pertama ialah minimnya pertumbuhan awan.

Dia mengatakan kondisi cuaca panas karena minimnya pertumbuhan awan terjadi di lokasi lain alias tak hanya di Jakarta.

"Saat ini kondisi cuaca di wilayah Indonesia bagian selatan terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek) didominasi oleh kondisi cuaca yang cerah dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari. Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak mengalami hambatan oleh awan di atmosfer, sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik," jelas Ida.

Perubahan Iklim Atau Hanya Cuaca?

Jakarta memasuki kemarau

Faktor lain yang menyebabkan cuaca panas di wilayah Jakarta dan sekitarnya ialah musim kemarau. BMKG memonitor bahwa wilayah Jabodetabek telah masuk musim kemarau.

"Selain itu, berdasarkan prediksi awal musim kemarau BMKG, wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya telah memasuki awal musim kemarau pada awal Mei 2024. Hal ini ditandai dengan penurunan curah hujan selama beberapa hari terakhir, meskipun hujan masih terjadi sesekali," ujarnya.

Dia menjelaskan, pada musim kemarau sering kali terjadi pola cuaca yang kering dan panas. Kondisi ini, lanjutnya, bisa disebabkan oleh perubahan alami dalam sirkulasi udara atmosfer.

"Indonesia berada di daerah tropis dengan pola musim yang dipengaruhi oleh angin monsun. Selama musim kemarau, angin monsun timuran (musim kemarau) membawa udara kering dari daratan Australia ke wilayah Indonesia, menyebabkan penurunan curah hujan," kata dia.

Imbauan BMKG

Dalam kondisi cuaca panas dan memasuki musim kemarau, BMKG memberikan sejumlah imbauan kepada masyarakat di wilayah Jakarta dan sekitarnya. BMKG meminta masyarakat mewaspadai potensi terjadinya kekeringan hingga kebakaran.

"Gunakan air dengan bijaksana dan hemat akibat rendahnya curah hujan yang mengisi sumber-sumber air. Hindari membuka lahan dengan membakar, terutama pada daerah hutan yang bertanah gambut akibat mudah terbakar dan sulit dimatikan," kata Ida.

"Senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh, memakai perlindungan dari sinar matahari, dan menghindari aktivitas luar ruangan pada jam-jam terpanas. terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya. Siapkan rencana darurat untuk menghadapi kemungkinan krisis air selama musim kemarau, termasuk penyediaan cadangan air minum dan peralatan penyaringan air," sambungnya. (gtp/gtp)

Baca artikel selengkapnya di: DetikNews

Cuaca Jabodetabek Terasa Lebih Panas Belakangan Hari, Ini Analisis BMKG